Selasa 06 Dec 2022 21:35 WIB

Rusia Tuding ISIS Gunakan Senjata Kimia di Suriah

Rusia telah menuding kelompok ISIS menggunakan senjata kimia dan biologis di Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Rusia telah menuding kelompok ISIS menggunakan senjata kimia dan biologis di Suriah.
Rusia telah menuding kelompok ISIS menggunakan senjata kimia dan biologis di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Rusia telah menuding kelompok ISIS menggunakan senjata kimia dan biologis di Suriah. Sejumlah negara Barat sebelumnya pernah menuding Moskow memanfaatkan senjata semacam itu dalam membantu pasukan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad memerangi kelompok teroris dan oposisi bersenjata.

Wakil Utusan Tetap Rusia untuk PBB Gennady Kuzmin mengatakan, negaranya mengapresiasi penyelidikan yang telah dilakukan United Nations Investigative Team to Promote Accountability for Crimes Committed by Da'esh/ISIL (UNITAD). Dalam penyelidikan itu, UNITAD mengusut tentang dugaan pengembangan dan penggunaan senjata kimia serta senjata biologis oleh ISIS di Irak.

“Laporan itu dengan tegas menyatakan bahwa ini bukan kasus yang terisolasi. ISIS memiliki program kimia lengkap, termasuk produksi berbagai selongsong kimia dan penggunaan rutinnya. Serangan 8 Maret 2016 di Taza Khurmatu sama sekali bukan satu-satunya kasus ketika teroris menggunakan senjata kimia. Kami tidak ragu sedikit pun bahwa ISIS menggunakan senjata kimia mereka di negara lain, termasuk negara tetangga Suriah,” kata Kuzmin dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB, Senin (5/12/2022), dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

"Hubungan antara teroris dan jaringan kriminal lokal, di Mosul dan Baghdad, serta karakter regional yang mencakup seluruh Timur Tengah dan wilayah Teluk jelas menunjukkan geografi kejahatan ISIS yang luas," tambah Kuzmin.

Irak telah memproklamirkan kemenangannya atas ISIS pada Juli 2017. Kemenangan itu diumumkan setelah pasukan Irak dan koalisi Amerika Serikat (AS) berhasil memukul milisi ISIS di Mosul. Mosul merupakan benteng terbesar ISIS di Irak. Di kota itulah pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahan di Irak dan Suriah pada 2014.

Pada Oktober 2019, mantan presiden AS Donald Trump mengumumkan kematian al-Baghdadi. Dia tewas saat AS menggelar operasi militer di barat laut Suriah, tepatnya di Barisha. Menurut Trump, pasukan AS membunuh sejumlah besar milisi ISIS dalam serangan tersebut.

Trump mengatakan al-Baghdadi terperangkap di sebuah terowongan buntu bersama tiga anaknya. Dia kemudian memutuskan meledakkan dirinya sendiri dengan bom rompi. Menurut Trump keberhasilan operasi di Barisha dapat tercapai berkat bantuan Rusia dan Irak. Dia mengucapkan terima kasih atas kerja sama kedua negara itu.

Kendati gembongnya, telah tewas ISIS masih tetap bergerilya di Suriah dan Irak. Pada Oktober tahun lalu, AS mengucapkan selamat kepada Irak atas keberhasilannya menangkap Sami Jasim Muhammad al-Jauri. Dia adalah wakil pemimpin tertinggi ISIS yang telah terbunuh, Abu Bakar al-Baghdadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement