Ahad 29 Jan 2023 16:30 WIB

BI Gelar Pameran Rupiah di Museum Ternate

BI menggelar pameran lintas sejarah perjalanan rupiah di Ternate.

Bank Indonesia (BI) bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) kembali menghadirkan Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2023.
Foto: Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) kembali menghadirkan Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Bank Indonesia (BI) menggelar pameran lintas sejarah perjalanan uang rupiah mulai dari masa penjajahan hingga kemerdekaan Indonesia. Kegiatan itu dipusatkan di Museum Kesultanan Ternate, Maluku Utara (Malut) pada 27-29 Januari 2023.

"Selain ragam mata uang rupiah dari masa ke masa sejak zaman Kesultanan hingga tahun 1959 hingga emisi sekarang 2022, uang kuno khas Maluku pada masa pemerintahan Hindia Belanda juga ikut dipamerkan sebagai bahan edukasi untuk para pengunjung terutama pelajar," kata Kepala Divisi Museum Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Dandy Indarto Seno dihubungi di Ternate, Ahad (29/1/2023).

Baca Juga

Ia menyebutkan mata uang lain yang juga dipamerkan antara lain, real Spanyol emisi tahun 1736 dan bonk di tahun 1798. Bonk terbuat dari sisa-sisa material meriam yang dipecahkan dan diberi stempel. Selain itu, ada mata uang Rijksdaalder yakni uang kertas pertama di Nusantara tahun 1805.

Menariknya, di pameran ini BI juga memajang uang token Roterdam Bajcan Cultuurmaatschappij, di mana mata uang ini berbentuk logam dan berbahan dasar nikel. Uang itu diproduksi oleh sebuah perusahaan perkebunan Hindia Belanda di Bacan, Maluku Utara.

Dia menjelaskan, uang token adalah jenis mata uang yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan perkebunan di masa pemerintahan Hindia Belanda sebagai alat transaksi di wilayah tersebut.

"Kalau uang token adalah uang yang diedarkan di suatu wilayah tertentu, misalkan di perkebunan di waktu masa penjajahan dulu, karena uang token tempo dulu bukan hanya ada di Jawa dan Sumatra, di wilayah Malut, pada saat itu ada perusahaan perkebunan pemerintah Hindia Belanda bernama Roterdam Bajcan Cultuurmaatschappij juga mengeluarkan uang itu antara tahun 1892-1911," katanya.

Uang logam yang dipamerkan ini berbahasa Belanda dengan angka satu gulden di sebelah dan nama perusahaan perkebunan Roterdam Bajcan Cultuurmaatschappij di sebelahnya.

Bahkan, uang token itu banyak ditemukan di wilayah Sumatra serta di Malut. Uang token itu kemudian berkembang di perkebunan-perkebunan waktu itu yang dikuasai oleh Belanda seperti pada perkebunan kopi, lada, kakao, dan pala. Kemudian, uang itu hanya digunakan untuk transaksi di perkebunan, tidak di luar perkebunan.

Dandy mengatakan, pameran di Museum Kesultanan Ternate selain memberikan edukasi ke masyarakat untuk mengenal dan mencintai rupiah juga memberikan gambaran yang lebih luas dan lebih lengkap bahwa Kesultanan Ternate itu punya sejarah yang begitu panjang. "Titik nol rempah itu ada di Malut, kemudian sejak jaman dulu Ternate itu sudah melakukan perdagangan lokal sekitar sini bahkan sampai perdagangan internasional, sampai kemudian Portugis datang, Spanyol juga datang terus Belanda dan Inggris," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement