Rabu 08 Mar 2023 16:33 WIB

Dukung Langkah Erick Jalankan Rekomendasi Sarasehan, Pengamat: Wajar Ada Pro dan Kontra

Dalam era demokrasi dewasa ini selalu ada pro dan kontra

Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir memberikan keterangan pers terkait hasil keputusan bersama Sarasehan Sepak Bola Indonesia di GBK Arena, Jakarta, Ahad (5/3/2023). Hasil kesepakatan tersebut diantaranya PSSI akan mengubah nama Liga 1 menjadi Liga Indonesia dan Liga 2 menjadi Liga Nusantara serta mengumumkan jadwal Liga 1 akan dimulai pada Juli 2023 dan berakhir pada April 2024, sedangkan Liga 2 dimulai pada November 2023 dan berakhir pada Juni 2024.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir memberikan keterangan pers terkait hasil keputusan bersama Sarasehan Sepak Bola Indonesia di GBK Arena, Jakarta, Ahad (5/3/2023). Hasil kesepakatan tersebut diantaranya PSSI akan mengubah nama Liga 1 menjadi Liga Indonesia dan Liga 2 menjadi Liga Nusantara serta mengumumkan jadwal Liga 1 akan dimulai pada Juli 2023 dan berakhir pada April 2024, sedangkan Liga 2 dimulai pada November 2023 dan berakhir pada Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola nasional Sigit Nugroho mendukung langkah ketua umum PSSI menjalankan hasil rekomendasi bersama PSSI dan stakeholder sepak bola Indonesia, baik itu pemilik klub Liga 1 dan Liga 2 maupun para suporter dalam forum Sarasehan yang digelar beberapa waktu lalu. 

Menurut Sigit, upaya Erick Thohir untuk melakukan perubahan besar tidak mudah, selalu ada kritik dalam perjalanannya dan hal itu biasa karena baru dimulai. Maka, ia mendorong agar mantan bos Inter Milan itu fokus bekerja demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Baca Juga

“Karena itu barang baru, tentu wajar pula banyak pro kontra. Di kalangan luar, mayoritas menolak. Tapi kembali ke PSSI selaku otoritas. Apapun yang mereka tetapkan, bisa dijalankan. Soal didukung atau dibanjiri kritik, itu perkara lain,” kata Sigit Nugroho dalam keterangan persnya, Rabu (8/3/2023).

Dikatakan Sigit, dalam era demokrasi dewasa ini selalu ada pro dan kontra, seperti kebijakan soal adanya pembatasan pemain naturalisasi yang belakangan menuai polemik. Padahal, hal itu merupakan niat baik Erick Thohir yang secara prinsip ingin menemukan keseimbangan dalam membangun sepak bola Indonesia.

Tidak hanya itu, Sigit juga menyatakan adanya kesepakatan yang telah disetujui bersama dalam Sarasehan itu pasti mendapat kritik dari pihak luar. Tapi, PSSI selaku operator utama sepak bola Indonesia dan Erick Thohir sebagai ketua unum PSSI harus tegas menjalankan apa-apa yang menjadi keputusan bersama. 

“Tema (Sarasehan) soal peningkatan kualitas liga, dengan inisiator PSSI, melibatkan stakeholder sepak bola. Tentu saja itu niat baik. Memang ada pula wacana memecah liga dengan pembagian wilayah, lalu ada play off bagi tim-tim yang berada di urutan tertentu (terlempar dari grup elit) tetapi itu baik menurut mereka,” ujarnya

Sigit Nugroho mendukung terobosan baru PSSI untuk memisahkan operator Liga 1 dan Liga 2 musim depan. Pasalnya, perlu ada penyegaran dan suasana dalam kompetisi yang mendukung klub (liga 2) berkembang, baik dari sisi bisnisnya maupun manajemen dalam siaran pertandingan. 

“Semoga liga ke depan bisa memenuhi ekspektasi publik bola. Terkait pemisahan operator Liga 1 dan 2, ini mutlak, jelas PT LIB menganak-tirikan Liga 2, sebab mereka fokus ke Liga 1. Apalagi dana yang dialokasikan untuk mengelola Liga 2 memang bersumber dari penghasilan PT LIB di pentas Liga 1, alhasil, Liga 2 sungguh tidak sehat,” jelasnya.

Keinginan dipisahkan operator Liga 1 dan Liga 2 ini sudah sejak lama disuarakan oleh pemilik klub Liga 2, namun pengurus PSSI sebelumnya tidak mau, hingga Liga 2 tetap mengekor di Liga. “Klub ingin operator baru, tapi kala itu PSSI setuju dengan tetap memegang “ekor” klub-klub Liga 2,” bebernya.

Terkait dengan nama liga yang baru, Sigit tidak begitu permasalahkan asalkan nama dan sistem pengelolaan sepak bola Indonesia dapat diperbaharui demi kemajuan sepak bola Indonesia ke depan. “Soal nama, mengutip William Shakespeare, apalah arti sebuah nama. Namanya keren tapi pengelolaan liga amatiran ya percuma,” ungkapnya

Terkait dengan keinginan stakeholder agar wasit berkualitas dan penggunaan teknologi VAR di Liga Indonesia membutuhkan waktu dan tahapan yang tidak sebentar. Meskipun liga-liga di Asia Tenggara sudah menerapkannya, buat Sigit, niat menuju ke sana tetap ada dari pada tidak diperbaiki sama sekali.

“Setidaknya bila dibandingkan Thailand atau Singapura, yang liganya hanya diikuti segelintir klub dan jumlah penontonnya juga terbatas. Tapi memang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” ujarnya.

“Penggunaan VAR pun saya sempat dengar komentar Pak Erick Thohir, bisa bukan di liga terdekat, perlu waktu, mungkin ongkosnya yang mahal ini menyangkut skala prioritas,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement