Rabu 08 Mar 2023 21:03 WIB

Mengapa Berkhayal Bisa Jadi Penyakit Berbahaya? Ini Penjelasan Syekh Ibnu Athaillah

Terlalu banyak berkhayal akan menumbuhkan penyakit dalam hati

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Anak nelayan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Fahmi dan Iki berkhayal Hancurkan rumahnya Gubernur DKI Basuki Tjatjah Purnama atau Ahok, Selasa (19/4).
Foto: Republika/Lintar Satria
Anak nelayan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Fahmi dan Iki berkhayal Hancurkan rumahnya Gubernur DKI Basuki Tjatjah Purnama atau Ahok, Selasa (19/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari menerangkan bahwa khayalan bisa menjadi penyakit yang sangat berbahaya jika tanpa dibarengi aksi nyata. Bayangkan, seseorang yang menginginkan sukses dan surga.

Tapi pekerjaan sehari-harinya hanya berkhayal menjadi sukses dan masuk surga, tanpa dibarengi dengan usaha untuk sukses dan ibadah agar masuk surga. Tentu sukses dan surga hanya menjadi angan-angan kosong.

Baca Juga

الرَّجَاءُ مَا قَارَنَهُ عَمَلٌ، وَإِلاَّ فَهُوَ أُمْنِيةٌ "Harapan adalah sesuatu yang diikuti oleh amalan. Jika tidak maka ia hanyalah angan-angan." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)

Penyakit yang paling berbahaya bagi orang yang ingin sukses adalah khayalan tanpa aksi. Berapa banyak orang yang memimpikan sesuatu yang besar dan agung, namun tidak ada aksinya sehingga cita-cita itu hanya berada dalam penjara angan-angan belaka. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendapati seorang miskin yang berhasrat menjadi orang kaya dan memperbaiki taraf hidup. 

Namun, karena tidak ada aksi, akhirnya ia hanya merasa dan terus-menerus mencicipi derita kemiskinan. Jika ingin sukses maka buatlah rencana secara matang, kemudian realisasikan. Begitu juga halnya dalam ibadah. 

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah 

Jika kamu menginginkan surga atau menjadi hamba yang dicintai-Nya, kemudian kamu hanya duduk-duduk merenung belaka tanpa mau mengerjakan amal sholeh, tentu hal itu tidak ada gunanya. Bahkan kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang bejat dan tidak menggunakan akal. 

Jika akal kamu berfungsi dengan baik, tentu kamu tidak larut dalam mimpi-mimpi kosong. Padi di sawah tidak akan tumbuh, kecuali harus ditanam terlebih dahulu. Ingatlah, berharaplah dan bermimpilah, setelah itu beramallah. 

Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh penyusun syarah dan penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.    

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement