Jumat 24 Mar 2023 09:19 WIB

Suriah-Saudi Dikabarkan akan Buka Kembali Kedubes

Pembentukan hubungan Saudi dan Suriah akan tandai perkembangan paling signifikan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Bendera Arab Saudi
Foto: AP/Amr Nabil
Bendera Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Suriah dan Arab Saudi telah sepakat untuk membuka kembali kedutaan besar setelah memutuskan hubungan diplomatik lebih dari satu dekade lalu. Laporan ini diungkapkan oleh tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Sumber regional kedua yang selaras dengan Suriah menyatakan kepada Reuters, kedua pemerintah bersiap untuk membuka kembali kedutaan setelah Idul Fitri. Menurut laporan sumber regional tersebut, kontak antara Saudi dan Suriah telah mengumpulkan momentum. Upaya itu menyusul kesepakatan penting untuk membangun kembali hubungan antara Arab Saudi dan Iran sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Baca Juga

Pembentukan kembali hubungan antara Riyadh dan Damaskus akan menandai perkembangan paling signifikan dalam langkah negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Assad. Assad sebelumnya dijauhi oleh banyak negara Barat dan Arab setelah perang saudara Suriah dimulai pada 2011.

Menurut salah satu sumber regional dan seorang diplomat di Teluk, keputusan membangun hubungan antara Saudi dan Suriah merupakan hasil pembicaraan di Saudi dengan seorang pejabat senior intelijen Suriah. Kantor komunikasi pemerintah Saudi, Kementerian Luar Negeri Saudi, dan pemerintah Suriah tidak menanggapi permintaan berkomentar atas laporan itu.

Tapi, televisi pemerintah Saudi kemudian mengkonfirmasi bahwa pembicaraan sedang berlangsung dengan Kementerian Luar Negeri Suriah untuk melanjutkan layanan konsuler. Informasi ini mengutip seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Saudi yang berbicara dengan syarat anonimitas karena sensitivitas subjek.

Terobosan yang tampaknya tiba-tiba dapat menunjukkan kesepakatan antara Teheran dan Riyadh dapat berperan dalam krisis lain di wilayah tersebut. Persaingan kedua negara itu telah memicu konflik termasuk perang di Suriah.

Amerika Serikat (AS) dan beberapa sekutu regionalnya termasuk Arab Saudi dan Qatar telah mendukung beberapa pemberontak Suriah. Assad mampu mengalahkan pemberontakan di sebagian besar Suriah berkat dukungan Iran dan Rusia.

Washington pun menentang langkah negara-negara regional untuk menormalisasi hubungan dengan Assad. AS menyoroti kebrutalan pemerintah pemimpin Suriah itu selama konflik dan kebutuhan untuk melihat kemajuan menuju solusi politik.

Ketika ditanya tentang pemulihan hubungan, juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan sikap AS terhadap normalisasi tetap tidak berubah. Washington tidak akan mendorong negara lain untuk menormalisasi hubungan dengan Assad.

Suriah diskors dari Liga Arab pada 2011 sebagai tanggapan atas tindakan brutal Assad terhadap protes yang bergolak di negara itu. Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud awal bulan ini mengatakan, keterlibatan dengan Assad dapat menyebabkan kembalinya Suriah ke Liga Arab, tetapi saat ini terlalu dini untuk membahas langkah tersebut.

Diplomat itu mengatakan pembicaraan Suriah-Saudi dapat membuka jalan bagi pemungutan suara untuk mencabut penangguhan Suriah selama pertemuan tingkat tinggi negara-negara Arab berikutnya. Acara ini diperkirakan akan diadakan di Saudi pada April.

Uni Emirat Arab (UEA) telah memimpin dalam normalisasi kontak dengan Assad dan baru-baru ini menerimanya bersama istrinya di Abu Dhabi. Negara ini juga telah membuka kembali kedutaannya di Damaskus pada 2018. Keputusan ini dengan alasan negara-negara Arab membutuhkan lebih banyak kehadiran dalam menyelesaikan konflik Suriah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement