Ini Kriteria Level Puasa Paling Tinggi yang Diteladankan Rasulullah SAW

Rep: Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah

Senin 27 Mar 2023 20:26 WIB

Ilustrasi: Suasana buka puasa bersama. Puasa yang ideal tidak hanya berhenti pada menahan lapar dan dahaga Foto: Anadolu Agency Ilustrasi: Suasana buka puasa bersama. Puasa yang ideal tidak hanya berhenti pada menahan lapar dan dahaga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan suci Ramadhan 1444 Hijriyah telah berlangsung dalam beberapa hari. Selama berpuasa, umat Islam menahan makan dan minum hingga waktu berbuka, akan tetapi puasa level tertinggi bukan hanya menahan kedua hal tersebut.

Dikutip dari buku Catatan Faedah Ilmu di Bulan Ramadhan oleh Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, puasa bagi kebanyakan orang tak lebih dari sekadar menahan diri dari makan dan minum. Inilah puasa orang level awam. Namun bagi orang yang level tinggi, puasa yang sesungguhnya lebih dari itu, yaitu menahan seluruh anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.

Baca Juga

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.

Dari Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah bersabda, "Bukanlah puasa itu dari makan dan minum,  tetapi puasa sesungguhnya adalah menahan diri dari ucapan kotor dan sia-sia."  (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan disahihkan Al Hakim)

قَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ : إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سمْ سَمْعُكَ ، وَبَصَرُكَ ، وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاءً

Sahabat Jabir bin Abdillah berkata, "Jika engkau berpuasa, maka berpuasalah pendengaranmu dan pandanganmu serta lisanmu dari dusta dan dosa. Janganlah menyakiti pembantu. Hendaknya dirimu tenang dan berwibawa saat puasa. Dan jangan jadikan hari puasamu dan hari tidak puasamu sama saja." (Al-Mushonnaf)

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, "Orang berpuasa yang sebenarnya adalah seorang yang menahan anggota badannya dari segala dosa, lidahnya dari dusta, perutnya dari makanan dan minuman, farjinya dari jima. Kalau dia berbicara, dia tidak mengeluarkan kata yang menodai puasanya. Kalau dia berbuat, dia tidak melakukan hal yang dapat merusak puasanya, sehingga ucapannya yang keluar adalah bermanfaat dan baik. 

Demikian pula amal perbuatannya, dia ibarat wewangian yang dicium baunya oleh kawan duduknya. Seperti itu juga orang yang berpuasa, kawan duduknya mengambil manfaat dan merasa aman dari kedustaan, kemaksiatan dan kedzalimannya. Inilah hakekat puasa sebenarnya, bukan sekadar menahan diri dari makanan dan minuman." (Al-Waabil as-Shayyib wa Rafiul Kalim Thayyib)