Selasa 28 Mar 2023 20:24 WIB

Gunung Anak Krakatau Meletus Enam Kali, Tinggi Kolom Abu 2.000 Meter

Masyarakat dilarang mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Teguh Firmansyah
Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami erupsi dan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter, pada Ahad (17/7) pukul 08.47 WIB.
Foto: PVMBG
Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami erupsi dan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter, pada Ahad (17/7) pukul 08.47 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda (Jawa – Sumatra) terdeteksi terjadi letusan sebanyak enam kali, dengan ketinggian kolom abu vulkanis mencapai 2.000 meter pada Selasa (28/3/2023) petang. Masyarakat, nelayan, dan wisatawan tetap dilarang mendekati GAK dalam radius lima kilometer, untuk menghindari terjadinya runtuhan gugusan material gunung.

“Hari ini terdeteksi enam kali letusan, dengan ketinggian abu vulkanis 200 sampai 2.000 meter,” kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan Andi Suardi kepada Republika.co.id, Selasa (28/3/2023).

Baca Juga

Menurut dia, erupsi GAK sudah terjadi sejak kemarin dengan mengeluarkan abu vulkanis lebih dari 200 meter. Aktivitas erupsi terus terjadi dengan mengeluarkan kolom abu vulkanis setinggi 2.000 meter. Status GAK, kata dia, masih belum berubah yakni Level III (Siaga), dengan jarak radius lima kilometer.

Ia berharap warga dan nelayan, serta wisatawan dilarang mendekati area GAK dengan jarak lima kilometer, dikhawatirkan aktivitas erupsi GAK akan terus terjadi dalam beberapa hari ke depan.  

Letusan GAK terdengar warga yang bermukim di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu, warga Pulau Sebesi juga dapat menyaksikan dengan mata telanjang kolom abu vulkanis hitam yang menjulang ke langit.

Menurut Yusuf, warga Pulau Sebesi, setiap ada letusan GAK tersebut warga sudah terbiasa mendengarnya. Namun bila terjadi letusan atau kegempaan GAK warga baru banyak yang keluar rumah, untuk menyaksikan lahar panas berwarna merah yang keluar pada malam hari.

“Kalau siang hari, warga bisa menyaksikan kolom abunya yang hitam di langit,” kata Yusuf, warga Dusun III, Desa Regahan Lada, Rajabasa, Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan.

Namun, ujar dia, sejak terjadi gelombang tsunami akibat runtuhan kawah GAK pada 22 Desember 2018 lalu, warga kerap panik bila terjadi letusan  GAK.  Hal ini menjadi trauma berat bagi warga di Pulau Sebesi, kemungkinan terjadi musibah yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement