Kamis 31 Aug 2023 09:41 WIB

IHSG Diproyeksi Bullish Sejalan dengan Indeks Asia

Indeks saham utama di Wall Street semalam ditutup naik.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Kamis (31/8/2023). IHSG menguat ke level 6.982,34 setelah meningkat 0,13 persen pada penutupan perdagangan kemarin.

IHSG diperkirakan akan kembali bergerak optimistis sepanjang hari ini. "IHSG diproyeksi bullish atau menguat dengan Support di level 6.890 dan Resistance di level 7.050," kata Phillip Sekuritas Indonesia. 

Baca Juga

Indeks saham di Asia pagi ini dibuka menguat menjelang rilis data resmi Manufacturing PMI China yang diprediksi akan memperpanjang kontraksi menjadi lima bulan beruntun.

Indeks saham utama di Wall Street semalam ditutup naik dengan ketiga indeks mencatatkan kenaikan selama empat hari beruntun. Sementara imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) terus mengalami penurunan. 

Investor mencerna sejumlah rilis data ekonomi AS yang memberi sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini memperkuat spekulasi bank sentral AS Federal Reserve sudah mendekati akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneter.

Data Pending Home Sales memperlihatkan jumlah kontrak penjualan rumah yang tertunda turun 14 persen secara tahunan di Juli. Angka ini lebih lambat dari laju penurunan 15,5 persen secara tahunan di bulan sebelumnya.

Data ADP Employment Change memperlihatkan sektor swasta di AS merekrut 177.000 pekerja selama Agustus, jumlah terendah dalam lima bulan. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebanyak 195.000 dan jauh di bawah penambahan 371.000 pekerja di Juli.

Pasar tenaga kerja AS tampaknya secara perlahan mulai melambat, menyesuaikan diri dengan kenaikan suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022. Sebelumnya, pada Selasa data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) memperlihatkan ada 8,83 juta lowongan kerja di Juli. 

"Ini menandakan penurunan lowongan kerja selama tiga bulan beruntun dan angka terendah dalam dua tahun terakhir," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement