Rabu 18 Aug 2021 09:01 WIB

Kisah Najia dari Faryab dan Ketakutan Terhadap Taliban

Taliban berjanji untuk membentuk pemerintahan Islam inklusif di Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Milisi Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.
Foto: AP/Rahmat Gul
Milisi Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Najia sedang berada di rumah bersama tiga putra dan putrinya yang masih kecil di sebuah desa, di Afghanistan utara, ketika milisi Taliban mengetuk pintu mereka. Putri Najia, Manizha (25 tahun) mengetahui bahwa militan Taliban akan datang.

Najia mengatakan kepada Manizha bahwa, Taliban telah melakukan hal yang sama selama tiga hari sebelumnya. Taliban menuntut agar Najia memasak makanan untuk 15 anggota mereka.

Baca Juga

"Ibuku memberitahu mereka, 'Aku miskin, bagaimana aku bisa memasak untukmu?'. (Taliban) mulai memukulinya. Ibuku pingsan, dan mereka memukulnya dengan senjata mereka, AK47," ujar Manizha, dilansir CNN, Rabu (18/8).

Manizha mengatakan, dia berteriak pada para milisi untuk berhenti memukuli Najia. Taliban kemudian berhenti memukuli Najia, dan melemparkan granat ke kamar sebelah. Para pejuang Taliban kemudian melarikan diri saat api menyebar. Ibu empat anak itu meninggal dunia akibat pemukulan oleh para milisi.

Serangan mematikan yang terjadi pada 12 Juli di rumah Najia, di provinsi Faryab adalah gambaran mengerikan dari ancaman yang sekarang dihadapi perempuan di seluruh Afghanistan. Terutama setelah Taliban mengambil alih ibukota Kabul. CNN menggunakan nama alias untuk Najia dan Manizha, untuk melindungi identitas mereka demi alasan keamanan.

Baca juga : Taliban tak Menyangka bisa Kuasai Afghanistan dengan Cepat

Dalam 10 hari, gerilyawan Taliban merebut puluhan ibu kota provinsi. Taliban mulai bergerak melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah Afghanistan dan merebut wilayah strategis, setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO pada Mei lalu.

Kecepatan gerak maju para militan Taliban membuat penduduk setempat lengah. Beberapa wanita mengatakan, mereka tidak punya waktu untuk membeli burqa, untuk mematuhi aturan Taliban. Taliban berkuasa di Afghanistan selama 1996-2001.

Ketika itu, mereka menerapkan hukum syariah Islam yang cukup ketat. Taliban melarang perempuan untuk bekerja, dan anak perempuan tidak diizinkan pergi ke sekolah. Selain itu, perempuan harus mengenakan burqa ketika keluar rumah. Perempuan juga harus ditemani oleh kerabat laki-laki jika keluar rumah.

Baca juga : Facebook Larang Konten tentang Taliban

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement