Senin 04 Oct 2021 05:59 WIB

Hal-Hal yang Penting Dijaga dalam Peringatan Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah kegiatan yang positif

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah kegiatan yang positif. Ilustrasi Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah kegiatan yang positif. Ilustrasi Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW menjadi sebuah peringatan tahunan yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam di Indonesia. Peringatan tahunan ini merupakan budaya rutin yang seyogyanya dapat diiringi dengan batasan-batasan syariat di dalamnya.

Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, KH Mahbub Maafi, menjelaskan, hukum memperingati maulid Nabi Muhammad SAW adalah boleh. Hal itu karena memperingati maulid Nabi Muhammad SAW merupakan bagian dari sesuatu yang disebut bid’ah hasanah, yakni hal yang tidak dilakukan Nabi maupun sahabat namun dapat menimbulkan kebaikan.

Baca Juga

“Memperingati maulid Nabi sangat positif dampaknya. Misalnya bisa mengingat dan meneladani sepak terjang dan akhlak Nabi,” kata KH Mahbub saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/10).

Bidah hasanah dapat dilakukan dengan catatan tidak keluar dari pakem-pakem hukum syariat. Sehingga dalam tata cara pelaksanaan maulid Nabi Muhammad SAW, dia mengimbau agar umat Islam dapat memanfaatkan ajang tersebut untuk mengingat dan memperingati kelahiran Nabi dengan cara-cara yang bermanfaat.

Berlebih-lebihan atau menghaburkan sesuatu tanpa menghasilkan manfaat hanya untuk melakukan perayaan, dinilai dapat merusak niat memperingati maulid Nabi. Namun demikian dia menyebut, melakukan perayaan peringatan Nabi Muhammad SAW dibolehkan dengan menyimak kondisi dan juga maslahat yang ada.

Pemimpin Pondok Pesantren Daarul Rahman, KH Syukron Ma’mun, berpendapat memperingati maulid Nabi Muhammad SAW tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang batil. “Tidak boleh berlebih-lebihan (mubazir) jika melakukan perayaannya, apalagi dilakukan dengan tujuan maksiat, jelas hukumnya bisa haram. Tidak boleh melakukan perayaan maulid Nabi dengan dangdutan misalnya,” kata Kiai Syukron.

Kiai Syukron menjelaskan bahwa memperingati maulid Nabi Muhammad SAW boleh dilakukan dengan memegang prinsip-prinsip syariat Islam. Bahwa apabila peringatan maulid Nabi dilakukan dengan cara-cara yang baik, dia menilai maka seseorang yang memperingatinya akan mendapatkan pahala.

Sebab maulid Nabi merupakan bidah hasanah. Untuk itu sudah seyogianya bagi umat Islam yang merayakan maulid Nabi dapat melakukan perayaan dengan khidmat dengan tujuan meneladani kehidupan Rasulullah SAW.

Lebih lanjut Kiai Syukron memahami dan meresapi mengapa umat Islam kerap memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Menurut dia, hari kelahiran yang dirayakan dan diperingati itu bukanlah hari lahirnya manusia biasa, melainkan baginda besar Muhammad SAW.

Lahirnya orang paling sempurna yang pernah Allah ciptakan, kata Kiai Syukron, menjadikan hari kelahirannya pun layak untuk diperingati. “Ketika kita ingin mengingat kelahiran Nabi, kita dapat bersyukur kepada Allah karena telah menurunkan Nabi terbaik-Nya. Kita bisa mengambil teladannya Nabi melalui cara mengingatnya, dan bergembira saat maulid Nabi tiba,” kata Kiai Syukron.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement