Jumat 07 Oct 2022 01:25 WIB

BKKBN Gandeng Dai Cegah Stunting

Edukasi masyarakat tentang stunting akan melibatkan penyuluh agama.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menilai Badan Pangan Nasional berperan sangat penting dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting.  Menurut Hasto, adanya irisan (overlay) data-data yang dimiliki Badan Pangan Nasional terkait daerah yang mengalami rawan pangan serta data dari BKKBN maka diharapkan akan mendapatkan lokasi yang akan dijadikan prioritas percepatan penurunan stunting.
Foto: istimewa
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menilai Badan Pangan Nasional berperan sangat penting dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting. Menurut Hasto, adanya irisan (overlay) data-data yang dimiliki Badan Pangan Nasional terkait daerah yang mengalami rawan pangan serta data dari BKKBN maka diharapkan akan mendapatkan lokasi yang akan dijadikan prioritas percepatan penurunan stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) menggandeng penyuluh agama serta para dai di bawah Kementerian Agama RI untuk terlibat aktif dalam mencegah terjadinya kasus anak gagal tumbuh akibat kurang gizi atau stunting.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam kegiatan Halaqoh Nasional secara daring di Padang, Kamis, mengatakan dukungan Kementerian Agama melalui penyuluh agama sangat strategis dalam mengejar target bebas stunting pada 2024 yakni di angka 14 persen.

Baca Juga

"Kita tahu pada tahun ini prevalensi stunting masih di angka 24,4 persen dan WHO memberikan standar sebesar 20 persen. Stunting merupakan gagal tumbuh dan kembang anak karena kurangnya asupan gizi, kurang sehat karena penyakit berulang, pengasuhan yang kurang optimal 1.000 hari pertama yakni dari pertemuan sel telur dan sperma hingga anak berumur dua tahun," kata dia.

Anak stunting itu pendek dan tidak semua anak pendek stunting, anak stunting itu kurang cerdas dan kurang sehat, namun tidak semua anak kurang cerdas dan kurang sehat itu stunting.

Anak stunting memiliki kondisi kardiovaskuler dan metabolisme yang tidak normal dan Indonesia dihadapkan dengan tantangan bonus demografi pada 2030 hingga 2040.

"Kalau tidak dimanfaatkan sejak saat ini mempersiapkan generasi unggul maka bonus tersebut tidak akan diraih bangsa ini," kata dia

BKKBN sendiri telah bekerja sama dengan Kementerian Agama agar calon pengantin itu diberikan bimbingan nikah dari yang dulunya hanya 10 hari menjadi tiga bulan sejak Maret 2022.

Hal ini didasari karena banyak anak perempuan yang mengalami anemia sekitar 37 persen, kurang energi murni sekitar 36 persen. Jika ini diketahui sejak awal maka harus diperbaiki dahulu seperti kekurangan asam folat yang membuat plasenta tipis dan berdampak pada nutrisi bayi yang dikandung minim.

"Kami percaya melalui Halaqoh Nasional ini ulama, para dai akan berperan dalam percepatan penurunan angka stunting lebih cepat tercapai," katanya.

Sementara itu Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan para penyuluh agama, dai serta petugas KUA akan memberikan pembekalan pernikahan untuk menekan angka stunting.

Menurut dia, masa depan bangsa ada di tangan generasi penerus, bangsa ini akan unggul jika disiapkan dengan baik.

Edukasi masyarakat tentang stunting akan melibatkan penyuluh agama sangat tepat karena materinya disampaikan di setiap khutbah, ceramah agar pemahaman stunting dapat dimengerti

Selain itu narasi penurunan stunting ini sesuai dengan sabda nabi yakni mukmin lebih baik dan kuat itu lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah.

Selain itu persoalan ketahanan keluarga dan kesehatan itu program prioritas Kementerian Agama karena keluarga merupakan institusi lahir calon pemimpin bangsa dan siapkan keluarga melalui edukasi komprehensif dengan aspek terkait.

"Kita punya aplikasi yang terhubung dengan penanganan stunting ini dan dipantau secara seketika (real time)," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement