REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret. Hari tersebut dirayakan ketika perempuan Saudi mencapai tingkat kualitas hidup dan pemberdayaan yang tinggi di hampir semua lapisan masyarakat, terutama di bidang diplomatik dan olahraga.
Dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Pusat Dialog Nasional Raja Abdulaziz, dilansir Saudi Gazette, Kamis (9/3/2023), kualitas hidup perempuan Saudi saat ini lebih baik daripada lima tahun lalu. Survei juga menunjukkan, lima tahun mendatang perempuan Saudi akan menjadi yang terbaik.
Wakil Kepala Pusat Dialog Nasional Raja Abdulaziz, Abdullah Al-Fawzan, menuturkan studi tersebut juga menunjukkan pangsa perempuan di pasar tenaga kerja mencapai 35 persen. Sementara tingkat pengangguran di kalangan perempuan turun menjadi 20 persen, dan persentase partisipasi perempuan di posisi administratif tinggi dan menengah diperkirakan mencapai 39 persen.
Lompatan besar dalam pemberdayaan perempuan dimulai di Saudi pada 2017. Lalu dipercepat dengan adanya keputusan bersejarah untuk mengizinkan perempuan mengemudi pada 2018. Disusul dengan pengesahan UU Pelecehan, yang menekankan perlindungan perempuan dan peningkatan status mereka.
Kemudian datanglah keputusan penting lainnya seperti mengizinkan olahraga untuk anak perempuan di sekolah, dan mengizinkan keluarga untuk menghadiri pertandingan sepak bola di stadion. Wanita Saudi juga telah memperoleh izin untuk berpartisipasi dalam Olimpiade. Para wanita tersebut juga mendapatkan lisensi untuk menerbangkan pesawat untuk pertama kalinya dalam sejarah Arab Saudi.
Tahun 2019 menyaksikan tonggak sejarah lain dalam pemberdayaan perempuan Saudi ketika Putri Reema bint Bandar ditunjuk sebagai duta besar Saudi untuk Amerika Serikat. Ini untuk pertama kalinya seorang wanita Saudi mengambil posisi duta besar untuk suatu negara. Saat ini pun ada lima wanita Saudi yang menjabat sebagai duta besar.
Kepemimpinan Kerajaan Saudi telah mengambil banyak langkah untuk memungkinkan perempuan Saudi mengambil posisi kepemimpinan di negara tersebut. Di antaranya dengan munculnya keputusan bersejarah Raja Abdullah untuk mengangkat perempuan ke Dewan Syura.
Kemudian pada Januari 2013, total 30 perempuan diangkat ke dewan konsultatif yang sebelumnya semuanya laki-laki. Menurut dekrit kerajaan, perempuan harus selalu memegang setidaknya seperlima dari 150 kursi dewan.
Wanita Saudi juga telah diizinkan untuk mengikuti pemilihan kota. Visi Kerajaan 2030 membayangkan peran perintis bagi perempuan dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Visi Kerajaan mengadopsi pemberdayaan perempuan sebagai tujuan strategis dan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi mereka di pasar tenaga kerja.
Pangsa wanita Saudi di pasar tenaga kerja meningkat selama periode 2017-2022 dari 21,2 persen menjadi 34,7 persen. Tingkat partisipasi ekonomi mereka meningkat selama periode yang sama dari 17 persen menjadi 37 persen. Persentase keterwakilan perempuan di posisi administratif menengah dan tinggi melonjak dari 28,6 persen menjadi 39 persen antara tahun 2017 dan 2022.