REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Status peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengancam warga Muhammadiyah viral. Bahkan, peristiwa ini memicu reaksi dari unsur pimpinan BRIN.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menyatakan terus mencermati perkembangan isu komentar pegawainya yang viral di media sosial. Karena itu, jika terbukti yang bersangkutan melakukan hal tersebut, maka BRIN akan memproses yang bersangkutan lewat Majelis Etik ASN dan dapat dilanjutkan ke Majelis Hukuman Disiplin PNS.
“Apabila penulis komentar tersebut dipastikan ASN BRIN, sesuai regulasi yang berlaku BRIN akan memproses melalui Majelis Etik ASN, dan setelahnya dapat dilanjutkan ke Majelis Hukuman Disiplin PNS sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021,” ujar Handoko lewat keterangan tertulisnya, Senin (24/4/2023).
Handoko menyatakan, BRIN mencermati perkembangan isu terkait diskusi maya di media sosial terkait penetapan 1 Syawal 1444 H tersebut dan menyayangkan hal itu. Setelah mendapatkan kabar mengenai isu tersebut, Handoko segera melakukan pengecekan di internal BRIN.
“Sangat disayangkan, perbedaan ini memicu isu yang kurang produktif dan disinyalir terkait dengan salah satu sivitas BRIN,” tutur dia.
Dia menjelaskan, saat ini BRIN sedang melakukan pengecekan atas informasi dan status dari penulis komentar yang meresahkan masyarakat tersebut. Langkah konfirmasi dilakukan untuk memastikan apakah benar sivitas tersebut adalah ASN di BRIN atau bukan. “Saat ini BRIN sedang melakukan pengecekan kebenaran atas informasi,” kata dia.
Setelah ramai di media sosial soal ancaman membunuh semua warga Muhammadiyah, kini beredar surat permintaan maaf dan klarifikasi. Pakar dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin mengatakan permintaan maafnya.
“Saya bersedia diproses lebih lanjut jika diperlukan, dan saya minta maaf sebesar-besarnya,” kata Hasanuddin, dalam surat pernyataannya, Senin (24/4/2023).
Hasanuddin juga mengakui jika komentar di akun Facebook pribadinya merupakan keterangan benar dan kesadaran pribadi. Dia berkomentar demikian karena dilandasi dari rasa emosi.
"Dari rasa emosi dan ketidakbijaksanaan saya saat melihat akun tersebut diserang oleh sebagian warga Muhammadiyah,” kata dia.
Menurutnya, komentar di Facebook kemarin, 23 April 2023, di akun Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, tidak sedang diretas oleh orang lain. Sebab itu, pihaknya mengucapkan permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulang aksi yang sama.