REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Haji merupakan ibadah yang mulia, ini juga termasuk ke dalam bagian rukun islam. Melalui haji, seseorang juga dianggap berjihad, mengapa demikian?
Dikutip dari buku, My Bucket List: Berhaji oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Ibnu Hajar Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Haji disebut jihad karena di dalam amalan tersebut terdapat mujahadah (jihad) terhadap jiwa.” (Fath Al-Bari, 3:382)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan, “Haji dan umroh termasuk jihad. Karena dalam amalan tersebut seseorang berjihad dengan harta, jiwa, dan badan. Sebagaimana Abusy Sya’tsa’ berkata, ‘Aku telah memperhatikan pada amalan-amalan kebaikan. Dalam sholat, terdapat jihad dengan badan, tidak dengan harta. Begitu halnya pula dengan puasa. Sedangkan dalam haji, terdapat jihad dengan harta dan badan. Ini menunjukkan amalan haji lebih afdal’.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 403)
Dari ‘Aisyah, ummul Mukminin, ia berkata,
يَا رَسولَ اللَّهِ، نَرَى الجِهَادَ أفْضَلَ العَمَلِ، أفلا نُجَاهِدُ؟ قالَ: لَا، لَكِنَّ أفْضَلَ الجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ
“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdal. Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi SAW.” (HR. Bukhari, no. 1520)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda,
منْ حجَّ لله فَلَم يرْفُثْ، وَلَم يفْسُقْ، رجَع كَيَومِ ولَدتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka'bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari, no. 1521).