Rabu 10 May 2023 21:34 WIB

Indonesia Terpilih Film Dokumenter Haji Perdana, Ini Kata Dubes Arab Saudi  

Film dokumenter haji merupakan karya perdana

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Konferensi pers peluncuran Film Dokumenter Haji bertajuk 'Kisah Perjalanan Jamaah Haji Indonesia'. di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Foto: Republika/ Umar Mukhtar
Konferensi pers peluncuran Film Dokumenter Haji bertajuk 'Kisah Perjalanan Jamaah Haji Indonesia'. di Jakarta, Rabu (10/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi meluncurkan film dokumenter bertajuk 'Kisah Perjalanan Jamaah Haji Indonesia'. 

Film ini merupakan serial dokumenter yang terdiri dari 10 episode dan menampilkan perjalanan delapan jamaah haji Indonesia berdasarkan pengalaman langsung mereka selama musim haji 1443 H/2022 M.

Baca Juga

Peluncuran tersebut digelar di kantor Kementerian Agama (Kemenag) RI Jl MH Thamrin nomor 6, Jakarta, Rabu (10/5/2023). Agenda ini dihadiri langsung Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Faisal bin Abdullah Al-Amudi, Direktur Jenderal (Dirjen) Media dan Komunikasi Korporat sekaligus Dirjen Informasi dan Sosialisasi Kementerian Haji Arab Saudi Turki Alkhalaf, serta Dirjen Haji dan Umrah Kemenag RI Hilman Latief. 

Dalam kesempatan itu, Dubes Al-Amudi menyampaikan, Kerajaan Arab Saudi terus memberikan pelayanan kepada para tamu Allah di Tanah Suci dengan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki. 

Arab Saudi juga memberikan fasilitas dan kemudahan kepada para jamaah mulai dari keberangkatan, tiba di Arab Saudi, hingga kembali ke negara asal. 

"Kerajaan Arab Saudi punya pengalaman dan kemampuan yang besar yang dapat kami banggakan di dunia, di mana kami berhasil melaksanakan haji dan umrah selama ini. Saya juga ingin menekankan bahwa betapa dalamnya hubungan kami dengan negara-negara sahabat di berbagai bidang," kata dia dalam sambutannya. 

Sementara itu, Dirjen Kementerian Haji Arab Saudi, Alkhalaf, menuturkan film dokumenter ini mencakup seluruh pos perjalanan jamaah haji Indonesia dari berangkat hingga kembali ke Tanah Air. 

Mulai dari meninggalkan rumah dan tradisi sosial yang menyertainya, melewati prosedur keberangkatan resmi di Indonesia, kemudian penyambutan, melakukan manasik dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Arab Saudi, dan diakhiri dengan perjalanan pulang.

"Serial ini mengeksplorasi perasaan para jamaah, realitas layanan dan fasilitas, dan pemandangan indah dari tempat-tempat terpenting di Arab Saudi," tuturnya. 

Alkhalaf juga menjelaskan, ada banyak alasan mengapa produksi serial film dokumenter ini dimulai dari jamaah Indonesia. Di antaranya ialah hubungan resmi pemerintah dan masyarakat yang kuat antara Arab Saudi dan Indonesia. 

Dia juga mengatakan, jamaah haji Indonesia menunjukkan disiplin dalam perilaku serta administrasi, dan ini menunjukkan dimensi peradaban Islam. 

Di samping itu, Indonesia sebagai negara Islam terbesar dari segi jumlah penduduk, juga menerima kuota jamaah terbesar dari negara-negara lain. 

Faktor lain yang tak kalah penting, yakni tradisi sosial kemasyarakatan di Indonesia. Di dalam tradisi perjalanan haji jamaah Indonesia, terkandung adat-istiadat yang indah. Misalnya mengantar anggota keluarga yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji, sampai menyambut kepulangannya.

Alkhalaf menilai, tradisi tersebut pantas direkam sebagai sebuah film dokumenter agar bisa disebarkan secara lebih luas ke dunia Islam. "Tradisi-tradisi ini layak dibagikan kepada dunia Islam," tuturnya. 

Seluruh episode dalam film dokumenter ini merekam perjalanan delapan jamaah haji Indonesia, sejak keberangkatan hingga pulang ke Tanah Air. Pengambilan gambar dilakukan di 16 kota, pulau, dan desa di Indonesia, serta 4 kota di Arab Saudi termasuk Makkah dan Madinah.

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

Volume produksi film tersebut terdiri dari 10 video dan setiap episode berdurasi 15-20 menit. Serial dokumenter ini mengambil 60 lokasi syuting dari 20 kota/desa/pulau. Adapun kru teknis yang terlibat yaitu ada sekitar 80 staf media dan 150 kru alat seni.

Film dokumenter yang pembuatannya memakan waktu 240 jam syuting dan 120 hari kerja itu juga merekam sisi emosional jamaah saat di Tanah Suci. Salah satunya, ketika seorang ibu sedang menangis haru tepat di hadapan Kabah. 

Serial ini diproduksi oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, bekerja sama dengan Sistem Haji dan Umrah, yang mencakup lembaga pemerintah Arab Saudi lainnya dan pihak Indonesia yang menangani urusan jamaah. 

Pihak Indonesia telah memberikan fasilitas prosedural yang sangat besar dalam pengambilan gambar di Indonesia, dalam memilih jamaah, dan dalam mengkoordinasikan fotografi dan transportasi dengan misi haji Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement