REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang 'sultan' dari bojong koneng mendadak menjadi sorotan publik karena memberangkatkan umroh warga kampungnya. Sebanyak 113 orang dari 2 RT diberangkatkan oleh Agus Suhela, sang sultan Bojong Koneng.
Ketua Komnas Haji dan Umroh, Mustolih Siradj menuturkan, apa yang telah dilakukan oleh haji Agus Suhela ini patut diapresiasi. Bahkan menurutnya, tindakan Haji Agus ini bisa menjadi contoh atau diikuti oleh mereka-mereka yang disebut crazy rich.
"Saya kira ini bisa menjadi contoh dan inspirasi banyak orang, terutama bagi mereka-mereka yang disebut crazy rich atau orang-orang yang sekarang sedang berada di atas roda kehidupan," kata Mustholih kepada Republika, Senin (15/5/2023).
Mustholih berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan Agus Suhela ini sebuah fenomena yang menarik dan positif. Di tengah masyarakat yang kekurangan atau kesulitan ekonomi, apa yang dilakukan sultan bojong koneng itu, menurutnya sangat mulia dengan memberangkatkan mereka umroh, hal yang mungkin hanya bisa menjadi mimpi dan angan-angan saja bagi masyarakat kalangan bawah.
"Saya kira ini satu fenomena yang menarik dan positif ya, mudah-mudahan ini bisa menjadi trigger juga bagi masyarakat yang statusnya sebagai orang yang mampu untuk kemudian mengumrohkan masyarakat yang belum punya kesempatan karena misalkan faktor ekonomi," kata Mustholih.
Mustholih mengungkapkan bagaimana biaya atau ongkos untuk pergi haji saat ini semakin mahal. Pada 2017, masyarakat cukup menyiapkan dana Rp 19 juta - Rp 20 juta untuk bisa berangkat haji. Belum lagi waktu tunggu yang lama, sehingga tidak heran juga banyak masyarakat yang memilih berangkat umroh terlebih dahulu, karena keinginan mereka untuk berkunjung ke rumah Allah.
“Oleh karena itu apa yang dilakukan pak haji Agus ini sesuatu yang positif dan memiliki nilai pahala yang tinggi, ketika kemudian mengajak sekian banyak orang mengajak ke tanah suci untuk menunaikan umroh. karena ibadah umroh ini kan disebut juga haji kecil karena minus wukuf di arafah dan lempar jumrah dan mabit di Mina, lainnya kan sama ,” kata dia.
"Sekarang kalau saya lihat biaya umroh yang ditawarkan PPIU rata-rata itu sudah di angka Rp 35 juta ke atas, ini kan angka yang sulit dijangkau masyarakat kalangan bawah yang berpenghasilan terbatas," kata Mustholih.
"Semoga ini tren positif di tengah orang sedang kesulitan, mengalami masalah ekonomi, beliau ini melanjutkan tren positif," sambungnya.
Mustholih sedikit menyinggung atas nasib korban first travel yang hingga kini juga belum berangkat umroh. Menurutnya, di antara para korban ini, ada juga dari kalangan masyarakat kurang mampu yang sangat ingin berangkat umroh, namun karena ulah oknum nakal first travel, membuat mimpi mereka harus terkubur.
"Saya memberikan usul kepada beliau, perlu mencari memilah dan memilih korban first travel yang memimpikan umroh, ini akan mengobati mereka-mereka yang belum berkesempatan, sudah niat tapi malah ditipu oknum travel," kata Mustholi.