Rabu 24 May 2023 12:30 WIB

Sejak Kapan Ada Tradisi Mengantar Jamaah Haji yang Berangkat ke Tanah Suci?

Dianjurkan mengantar dan melepas jamaah haji yang berangkat ke tanah suci.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Kegiatan mengantar dan melepas jamaah haji ke Tanah Suci di Garut (Ilustrasi).
Foto: istimewa
Kegiatan mengantar dan melepas jamaah haji ke Tanah Suci di Garut (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengantar dan melepas kepergian jamaah haji telah menjadi tradisi. Masyarakat Betawi, misalnya, yang akan menggelar pengajian ketika ada salah satu anggota keluarganya akan berangkat ke Tanah Suci.

Biasanya pengajian dimulai dengan bertawasul kepada Rasulullah, ahlul bait beserta keturunannya, sahabat, kekasih Allah, dan para orang saleh. Kemudian dilanjutkan dengan zikir dan doa. Selanjutnya calon jamaah haji akan bermushafahah (bersalaman) dengan warga lainnya dan menikmati hidangan yang disediakan sahibul bait.

Baca Juga

Bahkan, ada juga yang memeriahkan momentum pelepasan jamaah haji itu dengan menyalakan petasan. Setelah waktunya tiba, orang-orang akan mengantarkan calon jamaah haji itu menuju asrama haji. 

Begitu juga pada tradisi masyarakat Jawa yang menggelar walimatus safar berisi permohonan doa dari setiap warga agar jamaah yang akan berangkat diberikan keselamatan. Bahkan, masyarakat memberikan uang saku, makanan, pakaian, dan lainnya sebagai bekal bagi calon jamaah haji. Masyarakat pun berbondong-bondong mengantarkan hingga ke asrama haji. 

Sebenarnya mengantar kepergian orang yang akan berangkat ke Tanah Suci dianjurkan. Seperti dianjurkan juga meminta atau menitipkan doa kepada jamaah haji. Di antara yang berpendapat demikian adalah Syekh Abu Bakar Al Ajurry seorang ulama dari kalangan Mazhab Hanbali. 

Dalam kitab Mathalib Ulin Nuha, Syekh Ar Ruhainani menukil keterangan Syaikh Abu Bakr al Ajurry berkaitan dengan kesunahan mengantar jamaah haji. 

وذكر أبو بكر الآجري استحباب تشييع الحاج ووداعه ومسألته أن يدعو له ـ وشيع أحمد أمه بالحج

Artinya: Syaikh Abu Bakr al Ajurry menuturkan tentang kesunahan mengantar orang haji dan menitipkan juga meminta untuk mendoakannya. Imam Ahmad pernah mengantar ibunya untuk haji

Pada masa Rasulullah ada sebuah tempat bernama Tsaniyyatul Wada'. Dijelaskan dalam kitab Syarh Shahih Al Bukhari karya Imam Ibnu Bathal bahwa di tempat ini para sahabat mengantarkan orang-orang yang akan menunaikan haji. 

انما سميت بذلك لأنهم كانوا يشيعون الحاج والغزاة اليها ويودعونهم عندها

Artinya: Dinamakan Tsaniatul Wada' karena para sahabat mengantarkan orang yang berhaji dan berperang dan menitipkan kepada mereka (doa).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement