REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hijr Ismail adalah area berbentuk bulan sabit yang terletak persis bersebelahan dengan Ka'bah Suci. Nabi Ibrahim menjadikan area itu sebagai tempat berlindung bagi istrinya, Siti Hajar, dan anaknya, Nabi Ismail.
Jamaah yang melaksanakan ibadah di Tanah Suci, tidak melakukan tawaf atau bergerak di area antara Hijr Ismail dan Ka'bah. Lebih lanjut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang Hijr Ismail, sebagaimana dilansir laman About Islam.
Pertama, Hijr Ismail adalah pembatas yang merupakan bagian dari Ka'bah ketika Nabi Ibrahim membangunnya. Dikatakan bahwa sekitar 3 meter dari area yang berdekatan dengan Hijr Ismail dianggap sebagai bagian dari Ka'bah sehingga tawaf harus dilakukan di luar jangkauannya.
Kedua, Hijr Ismail adalah pembatas yang rendah dengan bentuk setengah lingkaran, seperti bulan sabit. Letaknya tepat bersebelahan dengan Ka'bah. Beberapa peneliti mengatakan bahwa makam Ismail dan ibunya, Siti Hajar, terletak di bawah Hijr Ismail. Namun, pendapat lain menolak pendapat tersebut dan menilai argumentasinya lemah.
Ketiga, pada Nabi Muhammad SAW berusia 35 tahun, bencana banjir yang terjadi merusak Ka'bah, yang sebelumnya telah melemah oleh api besar, dan terancam hancur. Kemudian, suku Quraisy merasa perlu untuk melindungi Ka'bah, lalu memulihkan dan membangun kembali Ka'bah dengan segala cara.
Kala itu ada sebuah kapal karam di dekatnya, sehingga kayunya mulai digunakan. Tukang kayu bernama Baqoom mengembangkan pembatas Ka'bah itu. Nabi SAW dan pamannya, Abbas, bekerja untuk para bangsawan saat itu. Pemisah kecil dikumpulkan untuk menunjukkan batas pertama pendirian yang ditetapkan oleh Nabi Ibrahim, di sisi utara Ka'bah.
Keempat, Aisyah RA berkata, "Aku suka memasuki Rumah (Ka'bah) ini dan berdoa di dalamnya. Lalu Nabi SAW menarikku dengan tangan dan memasukkanku ke Hijr (Hijr Ismail).
Lalu Nabi SAW bersabda, "Berdoalah di Al-Hijr (Hateem) ketika kamu berniat memasuki Rumah (Ka'bah), karena itu adalah bagian dari Rumah (Ka'bah). Kaummu memendekkannya ketika mereka membangun Ka'bah, dan mereka mengeluarkannya dari Rumah ini (Ka'bah). (HR Abu Daud)
Kelima, dalam riwayat Aisyah RA, dia berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku tidak memasuki Rumah (Ka'bah)?" Lalu Nabi SAW bersabda, "Masuki Hijr (Hateem) karena itu adalah bagian dari Ka'bah. (HR An-Nasa'i)
Keenam, diriwayatkan dari Hazrat Jabir bin Abdullah, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Ketika orang-orang Quraisy tidak mempercayaiku (terkait perjalanan Isra Miraj), aku berdiri di Al-Hijr (Hateem) dan Allah menunjukkan Yerusalem di depanku, dan aku mulai menjelaskannya kepada mereka sambil melihatnya (Yerusalem). (HR Bukhari).
Ketujuh, dalam riwayat Aisyah RA, dia bertanya kepada Nabi SAW tentang tembok (sekarang dikenal Hijr Ismail), apakah ia termasuk Baitullah? Nabi menjawab, "Ya."
Aisyah RA bertanya lagi, "Mengapa mereka tidak memasukkannya ke dalam Baitullah?" Nabi SAW menjawab, "Sesungguhnya kaummu kekurangan biaya." Lalu Aisyah bertanya, "Lalu mengapa pintunya tinggi?" Nabi SAW menjawab:
"Yang melakukan itu adalah kaummu, supaya mereka dapat memasukkan (dalam Ka’bah) siapapun yang mereka kehendaki dan mencegah (masuk) siapapun yang mereka kehendaki. Kalau kaummu tidak baru saja (melewati) masa Jahiliyyah, aku khawatir mereka menentang karena aku memasukkan tembok (hijir) dalam (bangunan) Ka'bah dan menempelkan pintunya di tanah." (HR Bukhari)
Dalam riwayat lain, dikisahkan ketika Abdul Malik bin Marwan thawaf di Baitullah, lalu tiba-tiba dia berkata, "Celakalah Ibn Zubair ketika ia berbohong atas Ummul Mukminin. Dia (Ibn Zubair) berkata bahwa Ummul Mukminin (Siti Aisyah) menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Aisyah, jika kaummu tidak baru saja melewati masa kekufuran, tentu akan aku robohkan Ka'bah sehingga aku tambahkan Hijr di dalamnya, karena sesungguhnya kaummu tidak mampu membangun.'" (HR Muslim)