REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam waktu dekat, Muslim yang beruntung akan segera melaksanakan ibadah haji 1444 H/2023 M. Selama beberapa bulan terakhir, berbagai persiapan telah dilakukan untuk memastikan ibadah ini berjalan dengan aman dan lancar.
Selain dari segi ibadahnya agar menjadi haji yang mabrur, jamaah juga kerap diingatkan membawa obat-obatan pribadi untuk mengantisipasi jika sakit ketika di Tanah Suci. Meski demikian, tidak jarang jamaah jatuh sakit karena tidak tahan dengan cuaca panas ekstrem di Kerajaan Saudi.
Untuk diingat, Juni, Juli dan Agustus merupakan momen dimana suhu di Saudi menjadi sangat tinggi. Suhu siang hari rata-rata di Makkah akan berkisar dari rata-rata 39 hingga 45 derajat Celsius.
Jamaah haji perlu melakukan segala upaya memastikan mereka tidak menderita penyakit yang berhubungan dengan panas, seperti serangan panas (heat stroke), kelelahan akibat panas, atau dehidrasi.
Kerajaan Arab Saudi juga diketahui melakukan yang terbaik untuk membantu meringankan panas yang tak tertahankan. Salah satunya dengan memasang payung besar untuk menutupi halaman di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah.
Kedua masjid ini juga memiliki lantai marmer yang dingin dan air zamzam yang selalu tersedia 24 jam. Di Muzdalifah dan Arafah, otoritas terkait telah menyiapkan tenda dengan pendingin ruangan (AC).
Semprotan air kipas pun telah dipasang di berbagai titik, untuk membantu menyejukkan suasana. Tidak berhenti di situ, petugas polisi juga dilengkapi dengan alat penyemprot air yang dipasang di ransel.