Selasa 20 Jun 2023 14:42 WIB

Mangut Lele, Rendang dan Bubur Kacang Hijau Siap Sambut Jamaah Haji di Armuzna

Makanan tersebut dibagikan dalam bentuk siap saji agar memudahkan pelayanan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Berbagai infrastruktur dan fasilitas untuk jamaah haji wukuf di padang Arafah masih terus diperbaiki para pekerja sebelum puncak ibadah haji pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah. Jumat (16/6/2023).
Foto: Republika/Fuji E Permana
Berbagai infrastruktur dan fasilitas untuk jamaah haji wukuf di padang Arafah masih terus diperbaiki para pekerja sebelum puncak ibadah haji pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah. Jumat (16/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), jamaah haji Indonesia akan mendapat sejumlah menu siap saji. Beberapa menu ini adalah mangut lele, rendang ayam, rendang daging, semur, gulai ikan, bubur kacang hijau, kacang merah, serta ketan hitam.

Sajian menu nusantara yang akan dihidangkan kepada jamaah saat puncak haji itu disiapkan oleh Masyariq atau Muassasah. Untuk memastikan cita rasa dan kualitas makanannya, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pun melakukan uji rasa makanannya (meal test).

Baca Juga

“Kita lakukan meal test dengan pihak Masyariq untuk layanan konsumsi jemaah haji selama di Masyair, Arafah, Muzdalifah, Mina. Kita merasakan rasa makanan yang akan disajikan seperti apa,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Hilman Latief, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Selasa (20/6/2023).

Menu masakan yang diuji rasa tersebut adalah makanan siap saji. Jenis ini disiapkan agar lebih memudahkan saat pelayanan di Armina, dengan rasa makanan yang terjaga.

Terkait proses pendistribusiannya, Hilman mengatakan hal itu akan dilakukan oleh Tim Masyariq. Menu lauk siap saji ini akan dipadu dengan nasi putih yang dikemas dalam kotak, sekaligus mendapatkan buah-buahan dan air mineral seperti yang didapat jamaah saat di hotel Makkah.

Hilman menambahkan menu masakan siap saji ini merupakan produk Indonesia. Pihak Masyariq selaku mitra Kementerian Agama (Kemenag) bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia dalam proses penyediaannya.

“Kita perlahan dan terus bersemangat menjalin komunikasi dengan mitra kami di Saudi, agar mereka mulai lebih banyak gunakan produk Indonesia. Ini masyarik bekerjasama dengan perusahaan di Indonesia untuk gunakan produk Indonesia. Kita sudah mendorong selain rasa, produknya juga dari Indonesia,” lanjut dia.

Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H Subhan Cholid menambahkan selama di Armina jamaah haji Indonesia akan mendapatkan 15 kali makan. Ada dua jenis makanan yang diberikan, yaitu makanan siap saji dan makanan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina.

Menu makanan siap saji ini diberikan kepada jemaah pada waktu-waktu tertentu. Pertama, makan siang pada 8 Zulhijah, bersamaan dengan pergerakan jemaah dari Makkah menuju Arafah. Dengan menu ini, begitu jamaah tiba bisa langsung disediakan makanan.

Kedua, saat makan siang pada 9 Zulhijjah atau saat puncak wukuf. Hal ini dimaksudkan agar jamaah tidak disibukkan oleh antrean mendapatkan makanan.

“Dengan makanan siap saji, maka konsumsi jamaah bisa dibagikan lebih awal. Sehingga, jamaah bisa memanfaatkan waktu wukuf untuk beribadah,” ujar Subhan.

Ketiga, makan malam pada 9 Zulhijah, tepatnya pada saat jamaah akan mulai bergerak menuju Muzdalifah. Pada proses pergerakan seperti ini, dibutuhkan distribusi makanan yang praktis dan mudah disajikan.

Keempat, sarapan pagi pada 10 Zulhijah saat jemaah baru tiba di Mina. Hal ini juga dimaksudkan agar begitu jamaah tiba di Mina, sudah ada makanan.

Kelima, makan siang pada saat jamaah akan meninggalkan Mina, baik pada 12 Zulhijah untuk Nafar Awal maupun 13 Zulhijah untuk Nafar Tsani.

“Di luar jam-jam itu, makanan di Armina akan disajikan secara reguler berupa masakan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement