REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus mematangkan konsep terbaik dalam penyelenggaraan ibadah haji jamaah lansia, khususnya saat fase puncak haji, wukuf di Arafah, Muzdalifah, Mina. Ada tiga skema yang dirumuskan dan itu sudah mulai didiskusikan serta disosialisasikan kepada para pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU).
Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan, KBIHU memiliki posisi strategis dalam ikut memberikan pemahaman kepada jamaah haji, termasuk jamaah lansia, terkait skema penyelenggaraan puncak haji. Sebab, KBIHU umumnya memiliki banyak jamaah. Pesan dari para ustaz di KBIHU juga didengar dan diikuti jamaahnya.
“Menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina, atau Armina, kita telah siapkan tiga skema penyelenggaraan ibadah, khususnya bagi jamaah haji lansia,” ujar Arsad seusai melakukan sosialisasi dengan para pengurus KBIHU di Makkah, dikutip dari web resmi Kemenag, Kamis (22/6/2023).
Skema pertama disiapkan bagi jamaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi, saat di pesawat, atau di tanah suci, serta jamaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi. Jamaah yang masuk dalam kategori skema ini akan dibadalhajikan.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, sampai saat ini tercatat ada 99 jamaah haji Indonesia yang meninggal di pesawat, Jeddah, Madinah, dan Makkah. “Jadi, nantinya akan ada orang yang membadalkan hajinya,” kata Arsad.
Lihat halaman berikutnya >>>