Kamis 06 Jul 2023 11:13 WIB

Suami Wafat di Tanah Suci, Soejantini tak Menyangka Pulang Haji Sendiri

Almarhum tercatat sebagai jamaah Indonesia pertama yang wafat di musim haji ini.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Jamaah haji menunggu kepulangan dengan bus menuju bandara Jeddah di Hotel 908, Jarwal, Mekah, Arab Saudi, Rabu (5/7/2023). Sebanyak 5.670 orang dari 15 kloter diberangkatkan menuju King Abdulazis International Airport Jeddah untuk diterbangkan ke Tanah Air dengan jadwal penerbangan 5-6 Juli 2023.
Foto: Wahyu Putro A
Jamaah haji menunggu kepulangan dengan bus menuju bandara Jeddah di Hotel 908, Jarwal, Mekah, Arab Saudi, Rabu (5/7/2023). Sebanyak 5.670 orang dari 15 kloter diberangkatkan menuju King Abdulazis International Airport Jeddah untuk diterbangkan ke Tanah Air dengan jadwal penerbangan 5-6 Juli 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Soejantini tak pernah menyangka akan pulang dari Tanah Suci tanpa sang suami, ST. ST tercatat sebagai jamaah Indonesia pertama yang meninggal dunia pada musim haji tahun ini.

Sang suami mengembuskan napas terakhirnya hanya lima jam setelah check in di hotel Abraj Taba, Madinah, pada 25 Mei lalu. Ditemui tim Media Center Haji di bandara Jeddah menjelang kepulangannya, Selasa (4/7/2023), Soejantini semula terlihat tegar.

Baca Juga

"Insya Allah saya kuat karena sepeninggal bapak saya sadar bahwa itu adalah ketetapan Allah, dan ketetapan Allah pasti yang terbaik untuk saya," kata dia dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (6/7/2023).

Ia bercerita hal yang menjadikannya kuat. Sang suami meninggal di Baqi sehingga ia meyakini akan langsung ke taman surga.

Sebelum berangkat hingga tiba di Madinah, suaminya dalam kondisi sehat tanpa keluhan apa pun. Justru dialah yang sedang sakit.

"Yang sakit itu justru saya. Kalau bapak sejak sebelum berangkat ke asrama haji tidak ada keluhan sakit sama sekali," ucap Soejantini.

Bahkan saat tiba di hotel, ia menyebut sang suami sempat mengantarkan istrinya ke kamar, lalu menumpang sholat di kamar sebelahnya. Di momen ini, sembari bercerita mata Soejantini perlahan basah. Ia mengenang detik-detik kepergian suami tercinta untuk selamanya.

"Keluar kamar mandi bapak teriak-teriak minta tolong, lalu saya dipanggil. Saya gosok dengan minyak kayu putih terus manggil dokter. Tiba-tiba saya merasa ada yang bisiki, kalau itu sudah kehendak Allah, dokter pun tidak akan bisa menolong suamimu," ujar dia.

Pada saat-saat terakhirnya, almarhum sempat dua kali mengucapkan lafaz Allah mengikuti tuntunan Soejantini.

"Saya menjerit, saya rangkul suami saya lalu saya bilang la haula wala quwwata illa billah. Bapak lihat saya lalu sempat bilang Allah... Allah, dua kali," kata Soejantini.

Situasi penuh kepanikan itu menjadi momen terakhir kebersamaan Soejantini dan sang suami di Tanah Suci. Di ruang transit bandara Jeddah kemarin, Soejantini bersiap pulang ke tanah air. Ia mendorong dua koper kecil, satu di antaranya tanpa pemiliknya atas nama, ST.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement