REPUBLIKA.CO.ID,SINGAPURA -- Bagi pelancong asal Indonesia, Singapura merupakan salah satu negara tetangga dan destinasi wisata yang tak boleh ketinggalan untuk dikunjungi. Selain memiliki sejumlah lokasi belanja yang asik dan kuliner menarik, negara ini juga menyimpan sejarah dengan bangunannya yang layak dikenali.
Hingga saat ini, Pelestarian Situs dan Monumen, sebuah divisi dari Dewan Warisan Nasional telah mengidentifikasi dan mengukuhkan 75 bangunan, struktur dan situs penting nasional sebagai bagian integral dari warisan budaya Singapura. Salah satunya adalah masjid tertua di Singapura, Masjid Al-Abrar.
Masjid Al-Abrar merupakan bangunan ke-10 yang dikukuhkan sebagai Monumen Nasional negara tersebut. Bangunan ini terletak tepat di samping Monumen Nasional ikonik lainnya, yaitu Kuil Thian Hock Keng, Bekas Gedung Keng Teck Whay, dan Bekas Nagore Dargore.
Rumah ibadah yang dekat dengan stasiun MRT Telok Ayer ini didirikan pada 1827, sebagai sebuah gubuk jerami sederhana. Hal ini menjadi cikal bakal munculnya nama Tamil lainnya, Kuchu Palli (yang berarti "Masjid Pondok" dalam bahasa Tamil).
Adapun bangunan bata yang ada ini didirikan antara tahun 1850 dan 1855. Ia berdiri di atas tanah yang awalnya diberikan sewa selama 999 tahun kepada Hadjee Puckery Mohamed Khatib bin Shaik Mydin, sebagai wali komunitas Muslim Tamil.
Pada 21 November 1910, sebuah perintah pengadilan dikeluarkan, yang mana wali baru ditunjuk untuk menjaga masjid tersebut. Pengawas yang sama juga menjaga Bekas Nagore Dargah di jalan yang sama, serta Masjid Jamae di Jalan South Bridge.
Sebelum tahun 1980-an, masjid ini mengalami perbaikan kecil dan pengecatan ulang. Arsitektur bangunan berubah secara signifikan setelah penambahan besar-besaran, yang mana perubahan dilakukan antara tahun 1986 dan 1989.
Dilasnir di Asia One, Jumat (20/10/2023), setelah renovasi besar-besaran pada 1980-an, satu lantai tambahan ditambahkan ke bangunan satu lantai yang asli, serta ruang shalat diperbesar. Halaman antara gerbang masuk dan musala juga ditutup, hingga membentuk galeri tambahan di atasnya.
Ruang tambahan juga diperoleh dari ruko yang berdekatan, yang kemudian diubah menjadi ruang shalat untuk wanita. Saat ini, menurut Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), masjid tersebut mampu menampung hingga kapasitas 500 jamaah.
Dari sumber yang ada, disebutkan bahwa orang yang berjasa dalam pembangunan masjid ini adalah Haji Mohamed Yusoff Hameed, seorang sukarelawan masjid tersebut sejak tahun 1972, dan sekretarisnya sejak tahun 1974. Masjid tersebut ditetapkan sebagai monumen nasional pada 19 November 1974 dan sekarang berada di bawah pengawasan MUIS.
Terkait bentuk arsitekturnya, Masjid Al-Abrar terletak di deretan ruko, dengan bagian depan selebar tiga ruko. Di bagian fasad terdapat jalan setinggi lima kaki, yang menghubungkan masjid dengan ruko-ruko di sekitarnya.
Garis-garis ruang shalat dibuat bertepatan dengan arah kiblat. Tembok pembatas pun diperpanjang di kedua sisi, melapisi seluruh fasad depan masjid.
Meminjam unsur gaya arsitektur Indo-Islam, desain masjid ini membedakannya dari ruko lain di sekitarnya. Dua menara segi delapan tinggi mengapit pintu masuk utama, dengan masing-masing dimahkotai simbol Islam berupa bulan sabit dan bintang.
Keberadaan menara ini seolah membedakan fasadnya dengan masjid. Menara-menara yang sama telah menjadi landmark visual di wilayah tersebut sejak pertengahan abad ke-19.
Selain itu, penggunaan fitur Neoklasik Eropa menambah sentuhan eklektisisme pada masjid. Bagian dalam ruang sholat dilapisi dengan kolom Doric.
Panel kaca berwarna dipasang di lampu kipas di atas jendela besar berkisi Prancis. Di atas mihrab, yang menunjukkan orientasi ke Makkah atau ke arah mana umat Islam akan berdoa, terdapat panel kaca biru, dengan ayat Alquran dalam bahasa Arab.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, masjid ini terbuka selama hari kerja, dari jam 12 siang hingga hingga pukul 20.45 waktu setempat setiap hari. Di akhir pekan, masjid ini ditutup.
Sumber:
https://www.asiaone.com/lifestyle/national-monuments-singapore-al-abrar-mosque