REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan terkait istitha'ah kesehatan jamaah haji, Kementerian Kesehatan berperan penting menyeleksi jamaah yang mampu secara fisik dan mental untuk pergi ke Tanah Suci. Akan tetapi, tantangan petugas kesehatan akan sangat berat mengingat Arab Saudi memberikan kuota tambahan sebanyak 20 ribu jamaah haji.
"Ini berkah untuk memperpendek antrean yang rata-rata nasional 27 tahun. Tapi konsekuensinya banyak, yakni memperpanjang yang lebih banyak dicek kesehatannya," kata Menag.
Jumlah jamaah yang bertambah, seharusnya dibarengi dengan jumlah petugas. Sementara untuk petugas, jumlahnya belum ada penambahan, yakni baru sebanyak 2.200. Kemenag sedang bernegosiasi dengan pemerintah Arab Saudi agar bisa ditambahkan kuota petugas haji.
Permasalahan kesehatan jamaah haji menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan haji selanjutnya. Tercatat pada haji tahun 2023 /1444 Hijriyah sebanyak 773 jamaah meninggal dunia terbanyak sejak 2015.
Hal ini yang menjadi latar belakang kegiatan Mudzakarah Perhajian Indonesia 2023 yang diadakan di Sportorium UMY, Kabupaten Bantul, Senin (23/10/2023). Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief menjelaskan kegiatan mudzakarah penting untuk dilaksanakan setiap tahun mengingat permasalahan haji di dalam negeri maupun Arab terus berkembang.
Khususnya permasalahan istitha'ah atau kemampuan seseorang berhaji seringkali menjadi bahan perbincangan ulama dan kalangan pengambil kebijakan. Angka kematian yang relatif tinggi, bahkan paling tinggi dalam 10 tahun terakhir menjadi catatan kita semua, terdapat 773 jamaah yang wafat.
"Untuk itu, penting membahas kebijakan terbaru tentang istitha'ah ini dengan melakukan mudzakarah, dengan mengumpulkan berbagai ahli, para ulama, ahli di bidang kesehatan, dan lainnya," ujar Hilman dalam sambutannya.
Untuk penyelenggaraan haji berikutnya...