REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Nabi Muhammad SAW telah memberikan isyarat tentang apa fadhilah makanan pokok. Beliau SAW juga telah menunjukkan apa sebenarnya hikmah mengonsumsi makanan pokok, hingga makanan pokok ini pun termuat dalam doa Nabi SAW.
عن أبي هريرة؛ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "اللهم! اجعل رزق آل محمد قوتا "
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda (berdoa), "Ya Allah, berikanlah rezeki keluarga Muhammad dalam wujud makanan pokok." (HR. Muslim dan Ahmad)
Tuntunan Nabi Muhammad SAW tentang makanan pokok adalah tuntunan terbaik, karena beliau SAW menunjukkan bagaimana semestinya seseorang tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan, namun tetap boleh memvariasikannya dengan makanan yang lain.
Adapun 'qut' dalam hadits di atas, merujuk pada makanan pokok yang berperan memperbaiki dan mencukupi kebutuhan seseorang serta tidak bersikap berlebihan karena sikap yang berlebihan dapat membuat seseorang jatuh ke dalam fitnah maupun keburukan yang lain.
Ibnu Al Qayyim juga telah menggambarkan tuntunan Nabi Muhammad SAW tentang makanan. Dia mengatakan, sikap Nabi SAW terhadap makanan adalah tidak mengingkari apa yang ada, tidak berpura-pura kehilangan atas makanan. Dengan sikap ini, tidak ada kebaikan makanan yang dibawa kepadanya kecuali beliau SAW memakannya, mengambil manfaat darinya dan meninggalkannya tanpa mengharamkannya.
Nabi SAW tidak pernah merendahkan makanan. Jika beliau menginginkannya maka beliau memakannya. Kalau tidak ingin, maka beliau meninggalkannya, seperti ketika beliau berhenti memakan daging hewan 'dhabb' karena tidak biasa memakannya. Saat itu Nabi SAW tidak melarang yang lain memakannya, dan beliau tetap di tempatnya.
"Tuntunan Nabi SAW adalah makan apapun yang mudah bagi beliau," demikian perkataan Ibnu Al Qayyim, dinukil dari Mukhtashar Zaad Al Ma'aad.
Itulah mengapa dalam membayar zakat fitrah dianjurkan dengan makanan pokok. Hal ini karena makanan pokok adalah pangan andalan dan mudah dikonsumsi bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya beras, gandum dan sebagainya. Makanan pokok yang dimaksud dalam zakat fitrah bukanlah gula, minyak maupun mentega dan sejenisnya.
Imam An Nawawi, ulama dari Mazhab Syafii, dalam Al Majmu menjelaskan, membayar zakat fitrah wajibnya adalah dengan sebagian besar makanan pokok di suatu negara. Allah SWT berfirman:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. At Taubah ayat 103)