Rabu 27 Mar 2024 06:15 WIB

Keistimewaan dan Manfaat Air Zamzam

Air ini mempunyai kedudukan istimewa di mata umat Islam.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ani Nursalikah
Petugas memberikan air Zamzam kepada peserta ibadah haji asal embarkasi UPG 9 (Makassar) setibanya di hotel 304 di Syisyah, Mekah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). Sebanyak 393 jamaah calon haji kloter terakhir gelombang pertama tiba di Mekah dari Madinah.
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Petugas memberikan air Zamzam kepada peserta ibadah haji asal embarkasi UPG 9 (Makassar) setibanya di hotel 304 di Syisyah, Mekah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). Sebanyak 393 jamaah calon haji kloter terakhir gelombang pertama tiba di Mekah dari Madinah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - -Oleh-oleh apa yang biasa dibawa oleh jamaah umroh atau haji ketika pulang ke Indonesia? Jawabannya tentu adalah air zamzam.

Air ini mempunyai kedudukan istimewa di mata umat Islam. Air suci ini terdapat di kawasan Masjidil Haram.

Baca Juga

Ahli Hadis, As-Samarqandi dalam bukunya 200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa menjelaskan tentang manfaat dari air zamzam. Ia mengungkapkan tiga manfaat tersebut.

Manfaat Air Zamzam

Abu Dzar berkata, "Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya (air zamzam) itu diberkahi, makanan yang memberikan nutrisi, dan menyembuhkan penyakit." (HR Muslim dan Ahmad).

Ada sebuah cerita tentang mukjizat dari air zamzam tersebut. As-Samarqandi merujuk pada cerita Abdullah bin Ya'qub.

Abdullah bin Ya'qub berkata, "Seseorang yang sudah tua datang kepada kami dari Ahrat. Ia dipanggil Abu Abdullah, orang tua yang jujur. Ia berkata, 'Aku memasuki Masjidil Haram di waktu sahur. Aku duduk di zamzam. Tiba-tiba seseorang yang sudah tua masuk dari pintu zamzam. Kain di wajahnya ia selempangkan ke belakang. Ia datang ke sumur, lalu menimba, kemudian minum. Aku ambil sisanya, kemudian kuminum. Ternyata aku seperti minum rasa buah badam, yang belum pernah kurasakan senikmat itu. Setelah itu aku menoleh. Ternyata laki-laki tua itu sudah pergi.

Keesokan harinya aku kembali ke zamzam di waktu sahur. Laki-laki tua itu sudah masuk. Ia mendatangi sumur, lalu menimba, kemudian minum.

Aku ambil sisanya kemudian ku minum. Ternyata air zamzam itu rasanya seperti madu, belum pernah aku rasakan yang lebih baik dari itu. Setelah itu aku menoleh. Laki-laki tua itu ternyata sudah pergi.

Keesokan harinya aku kembali lagi di waktu sahur. Laki-laki tua itu sudah masuk, mendatangi sumur, kemudian menimba dan meminum. Aku ambil sisanya, kemudian kuminum. Rasanya seperti gula yang campur susu, belum pernah aku merasakan yang lebih baik dari itu. Aku susul laki-laki tua itu. Kuraih tangannya dan kukatakan, 'Wahai Syaikh, atas nama bangunan ini, siapakah engkau sebenarnya?' Ia berkata, 'Apakah engkau berjanji untuk merahasiakannya sampai aku meninggal?' Ku jawab, 'Ya'. Ia berkata, 'Sufyan bin Sa'id ats-Tsauri.'"

Dalam catatan Republika.co.id, air zamzam bermula dari kegelisahan Siti Hajar dan putranya, Ismail yang ditinggal Nabi Ibrahim AS di sebuah ladang tandus. Siti Hajar berusaha mencari makanan karena bekalnya habis. Ia bolak-balik tujuh kali ke bukit Marwah dan bukit Shafa.

Setelah itu, Siti Hajar mendengar perintah agar melihat putranya yang sedang menangis dan mengentak-entakkan kakinya ke tanah. Entakan kaki Ismail itu ternyata mengeluarkan air melimpah. Siti Hajar kemudian berkata, "zamzam (berkumpullah)". Air tersebut kemudian berkumpul dan dinamakan zamzam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement