REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang musim haji 1445 H/2024, banyak penawaran paket berangkat haji tanpa antre. Paket itu pun cukup diminati masyarakat mengingat antrean keberangkatan haji reguler bisa mencapai belasan hingga puluhan tahun.
Direktur Utama Patuna Travel Syam Resfiadi mengatakan memang prosedur yang benar adalah menggunakan visa haji yang terdiri dari visa haji kuota dan visa mujamalah atau furoda. Namun, musim haji tahun lalu banyak orang menggunakan visa nonhaji. Tahun ini terjadi spekulasi apakah bisa menggunakan visa nonhaji untuk melaksanakan ibadah haji.
"Karena tahun ini larangan visa nonhaji sudah diumumkan akan dilarang dan diperketat pengawasannya, yaitu dengan pakai kartu barcode masuk ke Arafahnya," ujar Syam saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (23/4/2024).
Syam menjelaskan visa mujamalah atau furoda tidak lagi disebut khusus, namun sudah menjadi komersial. Selain itu, prosesnya harus melalui travel baik di Arab Saudi maupun di Jakarta. Fasilitasnya pun, kata Syam, sama seperti haji khusus tergantung pada paket yang dipilih calhaj.
Syam mengungkapkan rata-rata calhaj yang menggunakan visa mujamalah atau furoda ada pada kisaran 10-25 ribu jamaah haji. Tetapi, Syam memperkirakan tahun ini akan mengalami penurunan karena adanya persaingan harga yang jauh lebih murah.
"Tahun ini berkurang karena ada pesaingan harga yang cukup jauh selisihnya sekitar 10 ribu dolar AS per orang karena visa mereka hanya 500-700 dolar AS saja, sementara furoda antara 10 ribu-11.500 dolar AS," kata Syam.
Kementerian Agama telah menyatakan hanya visa haji yang bisa digunakan dalam penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024. Karena itu, Kemenag mengimbau agar masyarakat tidak tergiur terhadap penawaran ibadah haji yang menggunakan visa nonhaji.
Itu disampaikan Kemenag merespons banyaknya iklan di media sosial yang menawarkan keberangkatan haji tanpa antrean.