REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebentar lagi Indonesia akan memberangkatkan jamaah haji ke Tanah Suci dalam musim haji 1445 Hijriyah atau 2024 M. Meski tidak semua, masyarakat Muslim Indonesia biasanya melaksanakan sholat sunnah sebelum berangkat haji ke Tanah Suci.
Mungkin sebagian Muslim ada yang mempertanyakan, apakah sholat sunnah sebelum berangkat haji ada syariatnya?
Pengasuh Rumah Fiqih, Ustadz Ahmad Sarwat dalam diskusi tanya jawab sebagaimana dikutip dari laman Rumah Fiqih menjelaskan, memang ada baiknya kalau kita tidak tahu hukum suatu masalah, kita bertanya kepada yang lebih tahu atau setidaknya kita berupaya mencari rujukan yang tepat ke kitab para ulama.
Memang ada kalangan yang terlalu mudah menuduh sholat menjelang berangkat haji itu sebagai ibadah yang tidak ada haditsnya, sehingga mereka tidak mau melakukannya. Bahkan kadang lebih dari itu, mereka melarang orang yang melakukan sholat menjelang berangkat haji.
Padahal ulama senior sekelas Al-Imam An-Nawawi justru malah mensunnahkannya.
Al-Imam An-Nawawi (w. 676 H) di dalam kitabnya yang fenomenal, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab menjelaskan tentang dasar syariat sholat sunnah menjelang keberangkatan ke luar kota, termasuk di dalamnya pergi haji ke Tanah Suci.
يستحب إذا أراد الخروج من منزله أن يصلي ركعتين يقرأ في الأولى بعد الفاتحة (قل يا أيها الكافرون) وفي الثانية (قل هو الله أحد)
Hukumnya disukai (mustahab) apabila seseorang hendak keluar dari rumahnya untuk mengerjakan shalat sunnah dua rakaat, pada rakaat pertama membaca Surat Al-Kafirun dan pada rakaat kedua membaca Qul Huwallahu Ahad.
Hal itu menurut Al-Imam An-Nawawi didasarkan pada praktik yang dilakukan langsung oleh Rasulullah SAW, berdasarkan hadits-hadits berikut ini.
ما خلف عبد أهله أفضل من ركعتين يركعهما عندهم حين يريد سفرا
Tidak ada perbuatan yang lebih afdhal bagi seorang hamba yang hendak bepergian meninggalkan keluarnya dari sholat sunnah dua rakaat.
وعن أنس قال كان النبي صلى الله عليه وسلم لا ينزل منزلا إلا ودعه بركعتين " رواه الحاكم وقال هو صحيح على شرط البخاري
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah mampir pada suatu tempat dan meninggalkannya, kecuali dengan melakukan sholat sunnah dua rakaat. (HR Al-Hakim)
Hadits ini menurut Al-Hakim berstatus shahih dengan memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Al-Imam Al-Bukhari.