REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika di Makkah
Ketika masih di Tanah Air, ada banyak doa yang saya catat dan persiapkan untuk dibacakan ketika sampai di depan Ka'bah. Namun, kenyataannya tak bisa diduga. Tubuh saya seperti kerupuk tersiram air, melempem.
Daftar doa-doa yang sudah tersusun rapi lenyap seketika tergilas pemandangan syahdunya Ka'bah di depan mata. Bahkan untuk mengikuti doa-doa yang dibacakan pembimbing ibadah umroh pun saya sempat tak mampu karena terpesona dan takjub dengan kemegahan Ka'bah.
Mungkin yang bisa mengalahkan nikmatnya menatap wajah ibu dan ayah adalah memandang Ka'bah di Makkah Al Mukarramah.
Udara di Masjidil Haram, Kamis, 9 Mei 2024 dini hari tidak terlalu bagus. Pembangunan yang masih berlangsung di area masjid, membuat debu-debu kecil melayang-layang di atas langit masjid. Meski begitu tetap saja Masjidil Haram menjadi tempat yang paling dirindukan umat Islam di seluruh dunia.
Saat itu hari baru saja menetas, langit Makkah masih berwarna hitam pekat tanpa banyak bintang bertaburan. Sinar rembulan bahkan tak nampak tegas, hanya temaram. Pekatnya langit di atas Ka'bah itu menemani saya dan rombongan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2024 yang menjalankan umroh wajib sebelum puncak musim haji nanti.
Saya datang ke Masjidil Haram bersama sekitar 400-an petugas. Kedatangan kami lebih awal untuk persiapan menyambut jamaah haji Indonesia yang akan terbang ke Arab Saudi secara bertahap. Kloter 1 gelombang pertama rencananya akan berangkat pada 12 Mei 2024 dan tiba di Kota Nabawi pada 13 Mei 2024 waktu Arab Saudi.
Laillahailallah....