Senin 13 May 2024 23:05 WIB

Komnas Haji: Petugas Haji Harus Melayani Jamaah dengan Penuh Dedikasi

Petugas menjadi kunci kesuksesan penyelenggaraan haji.

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Petugas menyambut Kelompok penerbangan (kloter) pertama Jamaah Haji Indonesia 2024 yang baru tiba di Kota Madinah, Ahad (12/5/2024). Ada tiga kloter yang tiba di Hotel ABRAJ TABAH di Kota Madinah. Kloter pertama dari JKG 01 membawa 393 jamaah. Di kloter ini, jamaah paling muda berusia 19 tahun dan jamaah paling tua berusia 93 tahun bernama bapak Ardi Kinan Kini. Total lansia berusia di atas 65 tahun di kloter pertama ini berjumlah 79 orang. Hotel ABRAJ TABAH yang berada di wilayah Syimaliya pada hari ini menerima tiga kloter. Kloter pertama berjumlah 393 jamaah, kloter kedua berjumlah 440 jamaah, dan kloter ketiga berjumlah 440 jamaah.
Foto: Karta/Republika
Petugas menyambut Kelompok penerbangan (kloter) pertama Jamaah Haji Indonesia 2024 yang baru tiba di Kota Madinah, Ahad (12/5/2024). Ada tiga kloter yang tiba di Hotel ABRAJ TABAH di Kota Madinah. Kloter pertama dari JKG 01 membawa 393 jamaah. Di kloter ini, jamaah paling muda berusia 19 tahun dan jamaah paling tua berusia 93 tahun bernama bapak Ardi Kinan Kini. Total lansia berusia di atas 65 tahun di kloter pertama ini berjumlah 79 orang. Hotel ABRAJ TABAH yang berada di wilayah Syimaliya pada hari ini menerima tiga kloter. Kloter pertama berjumlah 393 jamaah, kloter kedua berjumlah 440 jamaah, dan kloter ketiga berjumlah 440 jamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj meminta para petugas haji 2024 agar dapat melayani para jamaah haji dengan penuh dedikasi namun tetap harmonis. Apalagi, pada haji tahun ini pun, Kementerian Agama masih mengusung haji ramah lanjut usia (lansia). 

“Komnas Haji berharap agar semua petugas dalam bertugas hendaknya melayani dengan sepenuh hati dan dedikasi mengikuti SOP yang sudah ditentukan. Terlebih pada 2024 ini masih mengusung tema haji ramah lansia, para petugas diharapkan dapat memberikan layanan optimal yang humanis, menganggap jamaah adalah keluarga sendiri. Terkhusus terhadap para lansia agar dilayani dan dirawat seperti orang tua sendiri,” ujar Mustolih dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (13/5/2024). 

Baca Juga

Menurut Mustolih, ada beberapa titik krusial yang penting menjadi perhatian utama para petugas haji. Pertama, pada fase gelombang kedatangan di mana kesiapsiagaan petugas menjemput dan memberikan pengawalan ribuan jamaah dari bandara hingga dipastikan masuk ke hotel atau pemondokan. 

Di fase ini, jamaah yang baru tiba di tanah suci baik Makkah maupun Madinah akan antusias melakukan ibadah sunah. Jamaah yang baru ke tanah suci biasanya akan tersesat dan tidak jarang yang mengalami disorientasi psikologi.

Berikutnya fase puncak haji di tanggal 10-13 Dzulhijjah, di mana jamaah harus bergerak secara serentak menjalankan ibadah menuju kawasan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Disinilah titik paling rawan dan krusial sehingga menjadi momen pertaruhan, sebab di tempat tersebut jamaah haji Indonesia akan membaur bersama jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia. 

“Kegiatan di tiga tempat tersebut khususnya Mina akan sangat menguras fisik dan stamina petugas, biasanya tidak jarang yang ambruk dan sakit karena kelelahan mendampingi jamaah melakukan ibadah jumrah di jamarat, ditambah faktor cuaca panas yang terbilang ekstrem,” kata Mustolih.

Ketiga adalah fase setelah Armuzna, setelah puncak proses haji selesai jadwal kegiatan ibadah wajib selesai, sehingga banyak waktu longgar tinggal menjalankan ibadah sunnah. Jamaah pun biasanya menggunakan waktu untuk berwisata sambal menunggu jadwal pemulangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement