Jumat 17 May 2024 05:16 WIB

Jamaah Haji Demensia Jangan Ditinggal Sendirian di Kamar atau di Masjid

Sebaiknya jamaah haji demensia didampingi teman sekamar atau ketua regunya.

Seorang petugas haji Indonesia melayani Mbah Rupiah (80 tahun), jamaah haji asal Bojonegoro, Indonesia yang baru sampai ke Madinah, Ahad (12/5/2024).
Foto: Republika/Karta
Seorang petugas haji Indonesia melayani Mbah Rupiah (80 tahun), jamaah haji asal Bojonegoro, Indonesia yang baru sampai ke Madinah, Ahad (12/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Selain dehidrasi kendala yang kerap menyerang jamaah haji lansia adalah demensia atau lupa ingatan. Karena itu, Dokter Gina Dwi Rahma, Petugas Haji Kloter JKG 05 mengimbau kepada jmaah yang memiliki keluarga atau teman satu kamar dimensia atau hilang ingatan harap membantu agar di perjalanan tidak lupa lokasi dan tempat.

"Sebaiknya didampingi oleh teman sekamar atau ketua umum atau ketua regu," kata dr Guna saat ditemui usai menemani jamaah di Madinah, Senin (13/5/2024). 

Selain itu, kata dia, jamaah yang memiliki demensia jangan sampai ditinggal sendirian. Apalagi ketika berada di Masjid Nabawi. "Jadi teman sekamar harus melihat, jamaah yang memiliki gangguan kesehatan sebaiknya didampingi supaya tidak tersesat di jalan," ucap dia.

Guru Besar Bidang Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Martina WS Nasrun menjelaskan demensia merupakan penurunan fungsi kognitif/intelektual yang berdampak terhadap fungsi sosial dan pekerjaan seseorang. Gangguan ini mengubah perilaku dan perasaan sehingga menurunkan kualitas hidup orang dengan demensia (ODD) maupun perawatnya (caregiver).

"Selain depresi dan demensia, masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada lansia adalah kesepian (loneliness), insomnia, serta pemakaian obat yang irasional termasuk polifarmasi dan OTC (over the counter, yang dibeli tanpa resep dokter)," ujarnya.

Ia mengemukakan kualitas hidup lansia pada era teknologi dapat menentukan capaian Indonesia Emas 2045. "Lansia yang tidak mampu mandiri, baik secara finansial, kesehatan, motorik, maupun kognitif, berpeluang mengalami depresi akibat ketidakberdayaannya," kata Martina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement