REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika Muhyiddin dari Makkah
MAKKAH -- Sebelumnya saya tidak pernah terbayangkan bisa berangkat ke Tanah Suci Makkah. Kendati demikan, harapan dan doa naik haji itu telah terucap sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah pada 2004 silam.
Amalan doa itu diberikan oleh salah satu guru saya, almarhum Pak Haji Saleh. Doa itu ia anjurkan untuk dibaca setiap sholat lima waktu, tepatnya sebelum salam ketika tahiyat akhir. Sejak itulah, saya terus mengamalkan doa itu.
Namun, setelah menikah, saya kebetulan tidak langsung dikaruniai anak. Lalu, saya pun memutuskan mengganti amalan doa naik haji itu menjadi doa agar dianugerahi anak.
Sejak itu, saya tidak pernah lagi membaca doa naik haji. Namun, saya selalu yakin Allah Maha Tahu kapan waktu terbaik untuk mengabulkan doa-doa hamba-Nya.
Berjalannya waktu, kesempatan naik haji itu pun datang. Saya dinyatakan lulus seleksi PPIH Arab Saudi Tingkat Pusat Tahun 1445H/2024M. Melalui seleksi itu, saya bisa berangkat ke Tanah Suci bersama puluhan wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) 2024.
Pada Sabtu (18/5/2024) siang itu, saya bersama rombongan MCH berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Saat menunggu di bandara, tiba-tiba ada seorang pria Arab yang menyapa, "Assalamulaikum, haji?" tanyanya.
Saya pun menjawab, "Insya Allah".
Dengan menggunakan bahasa Arab... Baca di halaman selanjutnya...