Ahad 21 May 2023 18:15 WIB

Jaga Kondisi, Jamaah Perlu Atur Ritme Ibadah Sebelum Puncak Haji

Jamaah haji lansia tidak perlu memaksakan diri beribadah di Masjidil Haram.

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ani Nursalikah
Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menggelar Medical Check Up (MCU) kepada jamaah haji gelombang dua di lima kelompok terbang (kloter), Sabtu (23/7/2022). Jaga Kondisi, Jamaah Perlu Atur Ritme Ibadah Sebelum Puncak Haji
Foto: Republika/Ali Yusuf
Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menggelar Medical Check Up (MCU) kepada jamaah haji gelombang dua di lima kelompok terbang (kloter), Sabtu (23/7/2022). Jaga Kondisi, Jamaah Perlu Atur Ritme Ibadah Sebelum Puncak Haji

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pada musim haji 2023, terdapat 76 ribu jamaah lansia. Di antara jumlah itu, tak sedikit yang berusia 80 tahun ke atas.

Bahkan beberapa jamaah ada yang usianya sudah di atas 100 tahun. Saat tiba di Makkah atau Madinah, jamaah berkesempatan untuk melaksanakan umroh, Arbain, dan ibadah lainnya sebelum puncak haji.

Baca Juga

Ketua PBNU KH Miftah Faqih dalam bimtek yang diikuti Republika.co.id beberapa waktu lalu mengatakan ada keringanan-keringanan yang bisa didapatkan jamaah lansia agar sempurna ibadah haji dan umrahnya. "Agama itu tidak untuk membuat beban, tapi melahirkan ketenteraman, kenyamanan, kesenangan dan kebahagiaan," ujarnya.

Saat tawaf misalnya, jamaah lansia harus diistirahatkan dulu dan dibuat nyaman. "Kalau dia langsung diajak tawaf maka dia akan terancam hidupnya, nyawanya, maka harus diistirahatkan, dibuat nyaman," ujar Kiai Miftah.

Menurut Kiai Miftah, jamaah bisa mengatur ritme dengan tak langsung tawaf tujuh kali berturut-turut. "Dapat dua putaran bisa istirahat dulu kalau dipaksakan nanti jatuh, jantungan, maka boleh istirahat," ujar Kiai Miftah.

Hal tersebut berlaku sama ketika jamaah melaksanakan sai. "Sekali jalan terus berhenti, nanti lanjut lagi, atau kalau dia sudah mencoba dan gak kuat boleh dibadalkan, dijalankan orang lain. Kenapa? Masaqoh tadi, rentanya itu," ujar Miftah.

Untuk ibadah-ibadah lainnya, jamaah lansia dianjurkan melakukannya di hotel tempat menginap, tidak perlu memaksakan diri beribadah di Masjidil Haram.

"Lho aku kan mau sholat di Masjidil Haram untuk mendapatkan pahala yang berlipat-lipat? Di hotel pun juga berlipat-lipat, pahala yang berlipat ganda itu tidak mutlak di masjid saja, tapi di tanah haram seluruhnya," ujar Miftah.

Jamaah haji lansia dianjurkan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya yang tidak wajib di dalam hotel, agar nanti saat puncak haji yakni wukuf di Arafah tidak kelelahan sehingga bisa melaksanakan rukun haji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement