REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apabila jamaah hendak pergi safar menunaikan ibadah haji, disunnahkan baginya menuliskan wasiat. Kemudian juga menyelesaikan urusannya, termasuk membayar utang.
Dikutip dari buku Adab-Adab Haji oleh Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani dengan penerjemah Muhammad Iqbal A. Gazali.
Disunnahkan baginya menulis wasiatnya dan segala yang terkait hak dan kewajibannya, ajal (umur) ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman ayat 34)
Dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
((ما حق امرئ مسلم له شىء يريد أن يوصى فيه يبيت ليلتين إلا ووصيته مكتوبة عنده))
"Tidak ada hak bagi seorang muslim yang dia ingin berwasiat padanya yang berlalu dua malam kecuali wasiatnya tertulis di sisinya." (Muttafaqun alaih)
Dia bersaksi atasnya, membayar utangnya, mengembalikan titipan kepada pemiliknya atau meminta izin kepada mereka agar tetap padanya.