REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Syamsyimar Aliakir, 70 tahun, bersyukur di tengah kesulitannya beraktivitas akibat lututnya sakit, masih banyak pihak-pihak yang membantunya. Baginya, hal tersebut membuatnya yakin untuk dapat menyelesaikan ibadah haji.
"Doakan ya nak, ibu bisa selesai hajinya," kata Syamsyimar, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Beberapa kali ada yang menolongnya. Membawakan kursi roda. "Ada orang mana itu, bantu saya, nak saya bayar yah, tapi dia tidak mau. Dia hanya mengucapkan kata yang tidak saya mengerti seperti doa, doa," kata dia.
Menyadari kondisinya butuh persiapan lebih, jamaah asal Tebing Tinggi, Medan ini sejak jauh hari sebelum berangkat sudah memperkirakan apa saja yang bakal dibutuhkannya nanti saat puncak haji. Misalnya, menyadari ia akan melaksanakan haji Tammatu, umumnya yang bakal dilakukan jamaah haji asal Indonesia, Syamsyimar lebih dulu membayar dam di Tanah Air.
"Anak saya yang mengurusnya, kalau di sana mak (Saudi) sudah banyak, di sini masih ada saudara-saudara kita yang membutuhkan," paparnya.
Tak hanya soal dam, Syamyimar juga sudah mempersiapkan dana agar bisa tawaf dan Sai dengan memanfaarkan jasa di sana. Dana tersebut merupakan pemberian anak-anaknya. "Alhamdulillah nak," ungkap ibu sembilan anak ini penuh syukur.
Kesiapan lain yang bakal dilakukannya adalah berdoa untuk anak-anak dan cucunya. Syamsyimar mengaku, banyak orang ketika ia memutuskan berangkat haji dinilai sebagai orang kaya. Padahal menurut dia tidak semua mereka yang berangkat haji itu tergolong kaya.
"Ini panggilan Allah nak, tidak benar itu semua haji kaya. Ibu ini banyak di bantu anak-anak semampu mereka, ibu pasrah dan Alhamdulillah berangkat," ungkapnya.
Dia tahu tidak semua anak-anaknya dalam kondisi ekonomi yang baik. Ada anaknya yang kesulitan sejak pandemi dua tahun terakhir. Bisnisnya tak lancar, Syamsyimar pun mengkhawatirkan cucu-cucunya."Saya hanya bisa berdoa nanti," kata dia.
Senada sengan Syamsyimar, Rosmala (69 tahun) yang masih kerabat dekatnya juga mempersiapkan hal serupa. Rosmala juga sendiri, namun Allah SWT mempertemukan dirinya dengan sepupunya itu dalam satu rombongan dan kamar. "Tidak ada janjian tidak ada kabar tiba-tiba bertemu dan kami berangkat," kata ibu dari lima anak ini.
Serupa dengan Rosmala, kondisi fisik yang tak memungkinkan membuatnya sadar diri tak bisa selalu ke Masjid Nabawi. Rosmala dan sepupunya itu memilih mengikuti anjuran untuk tidak memaksakan diri melaksanakan Arbain. Rosmala memilih ke Raudhah sesuai jadwal lalu fokus untuk menjalani rangkaian puncak ibadah haji.