Kamis 22 Jun 2023 12:14 WIB

Wamenag: Haji 2023 Banyak Tantangan

Bukan sekadar syariah, ibadah haji juga harus memenuhi syarat kesehatan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Jamaah haji lansia berkebutuhan khusus yang menggunakan kursi roda di bis shalawat dibantu dan dipastikan melaksanakan umroh wajib di Masjidil Haram. Ahad (17/6/2023)
Foto: Dok PPIH Arab Saudi.
Jamaah haji lansia berkebutuhan khusus yang menggunakan kursi roda di bis shalawat dibantu dan dipastikan melaksanakan umroh wajib di Masjidil Haram. Ahad (17/6/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi mengakui, ibadah haji tahun ini sangat banyak tantangannya. Salah satu tantangan yang dimaksud adalah ibadah haji pertama dengan kuota penuh setelah mengalami masa pandemi.

Selain mendapat kuota haji 221 ribu, Indonesia juga mendapatkan kuota tambahan sebanyak 8.000 jamaah. Dari jumlah itu, 30 persen adalah jamaah lanjut usia (lansia) yang angkanya kurang lebih sebanyak 67 ribu.

Baca Juga

Wamenag menyebut puluhan ribu jamaah ini perlu diberikan satu layanan khusus. Harapannya, Kemenag dapat memberikan layanan sebaik-baiknya bagi jamaah lansia itu.

"Tentu yang pertama karena akumulasi dari tahun 2022 yang mereka tidak bisa berangkat. Yang ada pembatasan, hanya bisa berangkat usia di bawah 65 tahun, sehingga tahun ini ada penumpukan jumlah lansia," ujar Wamen dalam keterangan yang didapat Republika, Kamis (22/6/2023).

Lebih dari itu, Menteri Agama juga disebut memiliki kebijakan afirmasi untuk jamaah haji lansia. Hal ini diharapkan bisa berkurang, bahkan pada titik tertentu sudah tidak ada lagi, sehingga ke depan rata-rata usia jamaah haji tidak ada lagi lansia.

Ibadah haji membutuhkan tidak hanya sekadar persyaratan syariah, tetapi juga persyaratan kesehatan. Hal ini mengingat sebagian besar ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan fisik yang kuat.

Perihal tantangan kedua, Wamen menyebut sekarang ini masuk musim yang ekstrem, yang mana suhu udara sangat tinggi di kisaran 42 derajat Celcius bahkan bisa lebih.

Ia menyebut untuk beradaptasi dengan iklim yang sangat ekstrem itu dibutuhkan perhatian semua pihak. Tujuannya, supaya jamaah betul-betul lebih meningkatkan kesehatan, baik dari aspek minuman supaya menjaga dehidrasi, konsumsi makanan yang teratur, istirahat yang teratur, juga menghindari hal-hal yang tidak penting.

"Jamaah cukup memperbanyak ibadah di hotel masing-masing dengan memperbanyak dzikir, membaca Alquran, shalawat, serta amalan sunnah lainnya," ujar dia.

Hal-hal ini disebut perlu diperhatikan, agar jamaah bisa menyiapkan diri menghadapi puncak haji pada wukuf di Arafah. Momen itu adalah ibadah paling utama, apalagi setelah Arafah adalah Armuzna.

"Ini juga membutuhkan energi yang cukup besar, sehingga jamaah haji betul-betul bisa menghemat tenaganya," lanjut Wamen.

Terakhir kepada pembimbing jamaah haji, ia menyebut harus bisa saling membantu dan bekerja sama dengan baik dengan PPIH. Tujuannya agar pelaksanaan haji berjalan dengan baik dan lancar, sehingga bisa mendapatkan haji mabrur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement