Kamis 13 Jul 2023 20:34 WIB

Tim Kesehatan Haji RI dan Malaysia Bertemu, ini yang Dibicarakan

Tim kesehatan haji harus berkolaborasi dalam penanganan jamaah haji sakit.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Jamaah haji sedang berobat di layanan kesehatan satelit di Sektor 10, Rose Garden Hotel Nomor 1007, Jumat (9/6/2023).
Foto: Republika/ Fuji E Permana
Jamaah haji sedang berobat di layanan kesehatan satelit di Sektor 10, Rose Garden Hotel Nomor 1007, Jumat (9/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menerima kunjungan persahabatan dari Pusat Perubatan Malaysia di Madinah, awal minggu ini. Sama halnya dengan Indonesia, Malaysia adalah negara di Asia Tenggara yang setiap tahunnya juga mengirimkan jemaah haji ke Arab Saudi.

Kasie Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah, dr. Thafsin Alfarizi, bersama tim kesehatan KKHI Madinah menyambut baik kunjungan Direktur Kesehatan Madinah Malaysia dr. Abdul Jalil bin Ahmad, beserta tim kesehatannya. Dalam kunjungannya, Tim Kesehatan Malaysia berkesempatan melihat langsung fasilitas kesehatan KKHI Madinah.

Baca Juga

Selain melihat fasilitas KKHI Madinah, kedua tim ini bertukar informasi dan pengalaman dalam penyelenggaraan kesehatan haji. Selain itu kedua tim diskusi mengenai sistem pelayanan kesehatan haji pada penyelenggaraan haji tahun berikutnya.

"Kami berkesempatan untuk saling bertukar informasi dan pengalaman penyelenggaraan kesehatan haji. Kami juga berdiskusi mengenai sistem pelayanan kesehatan haji yang mungkin bisa kita implementasikan tahun depan" ujar dr. Alfarizi dalam keterangan yang didapat Republika, Kamis (13/7/2023).

Selanjutnya dr. Alfarizi dan tim kesehatan KKHI Madinah berencana akan melakukan kunjungan balasan ke Pusat Perubatan Malaysia di Madinah dalam waktu dekat.

Hubungan saling bertukar informasi antara Indonesia dan Malaysia perihal pelaksanaan haji bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya telah dilakukan juga pertemuan untuk membahas layanan selama di Masyair.

Performa buruk layanan Mashariq saat fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) merupakan salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan antara tim dari Tabung Haji Malaysia dan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah.

Dalam rentang waktu 8 hingga 13 Dzulhijah atau puncak haji Masyair, penyediaan layanan menjadi tanggung jawab Mashariq. Ini adalah nama Syarikah yang mendapat izin dari otoritas Saudi untuk memberikan layanan kepada jemaah selama di Armina.

Indonesia, Malaysia dan sejumlah negara Asis Tenggara lainnya menjalin kerja sama dengan Mashariq dalam penyediaan layanan jamaahnya.

“Malaysia juga menghadapi masalah yang sama di Masyair. Kami sudah mencoba meninjau kesiapan di Masyair bahkan sejak 20 hari sebelum wukuf, dan saat itu belum siap," ujar Direktur Eksekutif Haji pada Tabung Haji Malaysia, Dato Sri Syed Saleh kala itu.

Saat melakukan peninjauan beberapa waktu sebelum puncak haji, ia menyebut tampaknya tim Mashariq baru mulai kerja. Pihaknya selalu dijanjikan bahwa semua akan siap sebelum hari H. Namun, setelah ditinjau lagi sepekan kemudian ternyata tidak jauh beda.

Ia juga menyebut ada tenda yang tidak siap digunakan dan air yang tidak cukup. Masalah air di Arafah menjadi isu cukup besar. Tidak hanya itu, katering di Arafah juga disebut lambat tiba. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement