REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jamaah haji gelombang II secara bertahap bertolak ke Madinah untuk melaksanakan ibadah Arbain sejak 10 Juli lalu. Di Kota Nabi, jamaah juga akan diberi kesempatan ziarah ke Makam Nabi dan Raudhah.
Sejalan dengan itu, muncul pertanyaan apakah jamaah haji wanita dalam kondisi haid bisa ziarah ke makam Nabi dan Raudhah? Para ahli fiqih (fuqaha) berbeda pendapat tentang hukum berdiam diri (المكث ) di masjid. (Muhammad Athiah Khamis, kitab Fiqh al-Nisa fi al-Hajj, hlm 156).
“Berikut pandangan para fuqaha atau ahli fiqih tentang ketentuan boleh tidaknya wanita haid bisa ziarah ke Makam Nabi dan Raudhah,” kata Koordinator Media Center Haji (MCH) PPIH Pusat, Dodo Murtado, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Ahad (16/7/2023).
Pertama, Mazhab Maliki mengharamkan secara mutlak bagi wanita haid untuk lewat atau berdiam diri (al-muktsu) di dalam masjid. Hal ini kecuali ada kebutuhan yang sangat mendesak, seperti takut/menghindari ancaman atau kezaliman.
Mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟i membolehkan orang junub, wanita haid dan nifas masuk dan berjalan di dalam masjid. Namun dengan syarat, darah haid terjaga untuk tidak menetes dan tidak boleh berdiam diri.
Ketiga, Mazhab Hambali memperbolehkan orang junub, wanita haid dan nifas “berjalan” di masjid, ketika darah belum berhenti dan aman tidak akan menetes dan mengotori masjid dan tidak boleh berdiam diri. Jika darah haid atau nifas telah terhenti (mampet), wanita tersebut boleh berdiam diri di dalam masjid.
“Keempat, Imam Ahmad, al-Muzani, Ibnu al-Mundzir berpendapat boleh berjalan ataupun berdiam diri dalam masjid karena orang muslim itu tidak najis,” lanjut dia.
Selanjutnya Dodo menyampaikan jamaah haji sebelum meninggalkan tanah haram Madinah dan kembali ke Tanah Air disunnahkan melakukan Ziarah Wada’ (Kitab al-Bayan Fi Madzhab Al-Imam as-Syafi’i” jilid 4).
Ia pun menjelaskan tata cara ziarah wada. Pertama melaksanakan shalat sunnah (mutlak) dua rakaat di Masjid Nabawi, lalu berjalan mendekati arah maqbarah Nabi SAW untuk berziarah. Ketiga, mengucapkan salam kepada baginda Rasul SAW.
Selanjutnya, jamaah haji membaca doa:
اَللَّهُمَّ لَاتَجْعَلْ هَذَا أخِرَ الْعَهْدِ مِنْ حَرَمِ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَيَسِّرْلِيْ سَبِيْلَ الْعَوْدَةِ اِلَى الْحَرَمَيْنِ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ وَارْزُقْنِيَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرُدَّنَا سَالِمِيْنَ مَقْبُوْلِيْنَ.
“Ya Allah, jangan Engkau jadikan ziarah di tanah haram rasul-Mu sebagai ziarah yang terakhir. Mudahkanlah aku ya Allah untuk kembali lagi ke Makkah dan Madinah dengan mudah atas anugrah-Mu. Berilah maaf kepadaku atas kesalahan dan berilah aku keselamatan di dunia dan akhirat, dan kembalikan kami ke kampung halaman dalam keadaan selamat dan beruntung.”
Pada fase kepulangan jamaah, Dodo menyampaikan hingga 14 Juli 2023 pukul 24.00 WIB, jamaah gelombang I yang telah tiba di Tanah Air sebanyak 70.623 orang. Mereka tergabung dalam 184 kelompok terbang (kloter).
Kemarin, pada 15 Juli 2023 jamaah gelombang I yang diberangkatkan ke Tanah Air dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah berjumlah 8.145 jamaah atau 21 kloter.
Untuk hari ini, sebanyak 6.312 jamaah gelombang II yang tergabung dalam 17 kloter diberangkatkan dari Makkah ke Madinah untuk menjalankan Arbain. Sementara, jamaah haji khusus yang telah tiba Madinah berjumlah 10.394 orang, yang tergabung dalam 122 Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).
Rencana keberangkatan jamaah dan petugas dari Tanah Suci ke Tanah Air hari ini berjumlah 7.758 orang atau 19 kloter.