Jumat 21 Jul 2023 19:44 WIB

Sekretaris Amirul Haj: Banyak Jamaah Lansia Bercita-cita Wafat di Tanah Suci

Menurutnya, itu menjadi faktor yang tidak bisa dicegah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Di tengah proses penggantian kiswah Kabah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi pada Selasa (18/7/2023) malam bertepatan dengan awal dari tahun baru Islam pada 1 Muharram 1445 Hijriyah.
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Di tengah proses penggantian kiswah Kabah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi pada Selasa (18/7/2023) malam bertepatan dengan awal dari tahun baru Islam pada 1 Muharram 1445 Hijriyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Amirul Haj 2023 Saad Ibrahim menyampaikan tingginya angka kematian jamaah haji lansia pada musim haji 2023 ini tidak terlepas dari faktor internal dalam diri setiap jamaah. Dia menyebutkan, banyak jamaah haji lansia yang ingin wafat di Tanah Suci.

"(Jamaah haji) lansia itu ada sekitar 65 ribu orang, dan banyak di antara lansia itu yang punya cita-cita untuk wafat di sana (saat melaksanakan ibadah haji). Sehingga ini saya kira yang juga menjadi faktor yang tidak bisa dicegah," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (21/7/2023).

Baca Juga

Saad menceritakan, ketika para Amirul Haj 2023 melakukan pelepasan pulang para jamaah haji dari Tanah Suci ke Indonesia, ada seorang perempuan dengan usia sekitar 70 tahun yang menangis. Saat ditanya mengapa menangis, jawabannya tidak terpikirkan oleh para Amirul Haj kala itu.

"Dia (lansia itu) bilang, 'Saya ini sekarang mau pulang padahal saya ingin sekali wafat di sini'. Ini suatu hal yang riil, artinya, tanpa kita tanya satu per satu, ada fenomena seperti itu. Ini bagian yang kita tidak bisa mencegahnya," katanya.

Belum lagi, lanjut Saad, cuaca panas yang mencapai lebih dari 40 derajat celcius. Menurutnya ini juga faktor yang terkait dengan itu. "Sehingga kita tidak bisa membebankan ini pada konteks pelaksanaan, karena memang seperti itu," tuturnya.

Saad menambahkan, secara umum pelaksanaan ibadah haji sudah bagus. Jika kemudian ada masalah, tentu ini hampir pasti. "Misalnya terkait makan dan sebagainya itu relatif sudah bagus. Kalau ada masalah, ini bukan pada konteks di Indonesia, Kemenag," jelasnya.

Namun, lebih pada konteks pihak di Arab Saudi. "Misalnya perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah ke Mina dan sebagainya, itu kendaraan semuanya bukan di bawah komando kita," kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim periode 2015-2020 itu.

"Karena memang setelah Covid ini ada perubahan yang terkait konteks manajemen haji itu oleh pemerintah Saudi, yang ini juga punya pengaruh karena yang asalnya tidak ada tetapi tiba-tiba melakukan, sehingga semua ini menjadi faktor," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement