Senin 16 Sep 2013 08:54 WIB

"Dengan Haji, Merasa Kecil di Hadapan Allah"

Jamaah haji saat wukuf di Padang Arafah, Makkah, Arab Saudi (ilustrasi).
Foto: Antara
Jamaah haji saat wukuf di Padang Arafah, Makkah, Arab Saudi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Perjalanan ibadah haji yang dilaksanakan Achmad Hafiz Tohir memberi kesan begitu mendalam pada dirinya. Perjalanan ibadah itu mengingatkan dia bahwa manusia adalah zat yang begitu kecil di hadapan Allah SWT, tak berdaya dan begitu lemah.

Saat mengunjungi tempat-tempat yang pernah didatangi Rasulullah, Hafiz merasa seperti melihat kilas balik. Ketika berada di Bukit Tursina atau di Gua Hira, misanya. 

Di situ, ia menyadari betapa perjuangan Nabi Muhammad SAW begitu berat dibanding yang dilalui oleh umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji. "Beliau dengan segala rahmat kelebihan dari Allah SWT tidak memiliki pamrih apa-apa," dia menuturkan.

Ia terharu dan merasa tersadarkan bahwa tak satu pun kelebihan yang dimilikinya membuat Rasulullah menjadi lupa. "Beliau tetap menjadi orang biasa. Sebagai umatnya, meski tak bisa mencontoh seluruh kebiasaan Rasulullah, setidaknya bisa mendekati," ujarnya.

Dalam hati terbersit bahwa di Tanah Suci semua perjuangan yang dilakukan dan segala sesuatu yang dikejar di dunia selama ini seperti tidak ada apa-apanya. Kecuali, kata dia, apa yang kita kejar dan perjuangkan untuk tujuan akhirat.

Karena itu, dia berpandangan, bagi umat Islam yang sudah mampu, kalau bisa segeralah melakukan ibadah haji. Perjuangan untuk mendapatkan keberhasilan di dunia sampai titik tertentu harus ditindaklanjuti dengan berhaji. 

"Janganlah menunda-nunda untuk melengkapi perintah Allah SWT," katanya. Itu karena pengalaman saat berhaji dengan niat ibadah 100 persen begitu kuat dan terasa memberi aliran perubahan dalam keimanan dan perilaku.

Berada di Tanah Suci juga mengingatkannya bahwa rasa pamrih yang acapkali menyertai setiap langkah harus disandarkan untuk kepentingan ibadah, umat, dan mendapatkan bekal di hari akhirat. Pengalamannya di Tanah Suci yang harus menerima perlakuan sama tidak memandang jabatan atau kekayaan. 

Rasa begitu kecil dihadapan Alllah SWT serta keinginan sebagai umat mendapatkan kemudahaan di akhirat membuat Hafiz mengubah pola hidupnya begitu kembali menginjakkan kaki di Tanah Air. Perubahan itu terutama dilakukan pada pola kehidupan ekonomi.

Mengingat masih banyak umat Islam yang hidup dalam kekurangan, ia dan keluarga tak lagi berlebihan dalam mengkonsumsi barang-barang. Apa yang dikonsumsi diusahakan sama seperti yang dikonsumsi orang pada umumnya. 

Itu ia lakukan agar pertanggungjawaban di akhirat nanti tidak berat. "Di hadapan Allah SWT nanti manusia hanya seonggok iman. Ini yang perlu kita perjuangkan," ucap ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) ini. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement