IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim dari seluruh dunia memiliki keinginan yang sama kuatnya untuk melaksanakan umrah di bulan suci Ramadhan. Terbukti pada tahun lalu, dilaporkan lebih dari 4 juta jamaah melakukan umrah dalam 20 hari pertama Ramadhan.
Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH) M Firman Taufik menyebut, tren umrah Ramadhan di Indonesia saat ini sedang terbuka lebar. Terkait biaya bisa lebih mahal dari biasanya, mengingat kondisi hotel di Saudi dan kenaikan biayanya.
"Di Indonesia, biasanya umrah Ramadhan sifatnya lebih ke on request atau kalau ada permintaan. Tapi sejak pasca Covid, karena beberapa tahun tidak ada umrah, trennya sekarang peluangnya besar. Banyak anggota HIMPUH, bahkan ada yang menjual paket full atau dibagi di 10 hari pertama, kedua, atau ketiga," ujar dia saat dihubungi Republika, Senin (27/2/2023).
Meski mengalami kenaikan pemesanan, ia menyebut animo yang ada tetap tidak seramai biasanya. Hal ini berkaitan dengan biaya yang jauh lebih mahal dibanding perjalanan umrah di bulan-bulan lainnya.
Di awal Ramadhan, harga paket umrah yang ditawarkan tidak jauh berbeda dari hari biasa, kemungkinan naik 100 hingga 200 dolar AS (Rp 1,5 juta hingga 3 juta). Namun, harga ini akan semakin naik menjelang akhir Ramadhan, yang disebut-sebut bisa mendekati biaya haji.
Kenaikan harga ini, seperti yang disebut di atas, berkaitan dengan pola jual kamar dari hotel-hotel di Saudi. Contoh di 10 hari terakhir Ramadhan, meskipun hanya memesan atau memakai dua hari saja, harga yang ditawarkan full untuk 10 hari itu.
"Polanya begitu, makanya pasti harga tinggi. Kalau teman-teman di HIMPUH menyiasatinya dengan memilih hotel yang jauh dari masjid, tapi difasilitasi dengan bus sehingga harga tetap terjangkau. Sekarang trennya begitu," lanjutnya.
Berkaitan dengan harga hotel ini, kebanyakan yang menaikkan harga tinggi adalah akomodasi di ring 1, atau yang paling berdekatan dengan Masjidil Haram di Makkah ataupun Masjid Nabawi di Madinah. Di luar itu, harga hotel cenderung sama.
Firman juga menjelaskan alasan mengapa harga hotel di ring 1 bisa naik drastis. Hal ini menyusul keputusan Otoritas Kerajaan Saudi yang mengubah pola bisnis umrah dari bisnis ke bisnis atau B to B menjadi bisnis ke konsumen B to C.
Saudi saat ini membuka kesempatan seluas-luasnya bagi Muslim internasional untuk melaksanakan umrah dan mengambil paket secara mandiri atau direct, melalui agen perjalanan daring (OTA) mereka. Dengan kondisi ini, pemilik hotel menyadari penjualan kamar lebih gampang dan menguntungkan dibanding melalui pesanan grup atau travel.
"Kalau Ramadhan awal 40jutaan, Ramadhan tengah mencapai Rp 50 juta. Kalau Ramadhan akhir, bicara hotel bintang 5, bisa mencapai Rp 100 juta-an," ucap Firman.
Bagi pihak travel yang biasanya menggunakan hotel bintang 3 atau 2, yang lokasinya jauh dari masjid, ia menyebut dengan biaya Rp 30 jutaan bisa untuk masa tinggal satu bulan di Saudi. Biasanya, dalam satu kamar akan diisi empat jamaah.