REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan beradaptasi selama berada di Arab Saudi ternyata menjadi masalah kesehatan yang banyak dialami jamaah calon haji (calhaj) Indonesia. Pasalnya, ada perbedaan ekstrem cuaca di Tanah Air dengan Tanah Suci.
Dampak terberat dari gangguang adaptasi itu adalah kehilangan orientasi. Menurut Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah, dr Suharto, Sp PD, saat tiba di Arab Saudi, biasanya jamaah akan mengeluhkan tenggorokan yang cepat kering sehingga seringkali merasakan haus. Itu terjadi karena tenggorokan orang Indonesia tidak bisa segera menyesuaikan dengan kondisi alam Saudi.
”Itu gangguan alami, bukan iritasi. Hanya, salah satu untuk meminimalkannya adalah banyak minum. Soalnya, tenggorokan orang Indonesia kan selalu basah, sedangkan di sini kering,” kata Suharto, Selasa (24/9), kepada tim Media Center Haji di Madinah.
Gangguan penyesuaian juga bisa berbentuk berkurangnya keseimbangan tubuh. Calhaj yang seperti itu akan merasakan seperti gempa. ”Jadi, gangguan penyesuaian itu biasanya ’menyerang’ bagian tenggorokan, telinga, hingga kepala bagian belakang. Oleh karena itu, tak heran jika kemudian banyak calhaj asal Indonesia yang kehilangan orientasi. Itu terjadi karena perbedaan suhu dan kelembaban udara antara tanah air dengan Arab Saudi,” tuturnya.
Berdasarkan data BPHI Madinah, selama musim haji tahun 1434, suhu Kota Madinah pada pukul 06.00 waktu Arab Saudi (WAS) berada di kisaran 26-27 derajat celsius. Pukul 12.00 WAS suhu meningkat menjadi 37-45 derajat celsius. Sedangkan, pukul 20.00 WAS berkisar pada 34-37 derajat celsius.