Selasa 08 Oct 2013 15:34 WIB

40 Jamaah RI Alami Gangguan Jiwa

Rep: Nur Hasan Murtiaji/ Red: A.Syalaby Ichsan
Jamaah haji yang sakit sedang dirawat di BPHI Arafah.
Foto: Heri Ruslan/Republika
Jamaah haji yang sakit sedang dirawat di BPHI Arafah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia yang mengalami gangguan jiwa hingga Senin (7/10) sore mencapai 40 orang. Menurut Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi Fidiansjah, kebanyakan penderita adalah jamaah yang berusia lanjut.

Bukan tidak mungkin, kata Fidiansjah, angka jamaah yang mengalami gangguan jiwa bisa menuju 50 orang. "Secara kumulatif, jamaah yang mengalami gangguan jiwa 40 orang, 25 orang dari Madinah," kata Fidiansjah di kantor Daker Makkah, Selasa (8/10).

Dari 25 jamaah asal Madinah yang alami gangguan jiwa itu, terdapat 12 orang sudah pulang, 13 lainnya masih dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI). Sedangkan 15 jamaah yang alami gangguan jiwa di Makkah sudah diperkenankan pulang.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, jumlah jamaah yang terganggu jiwanya ini bisa mencapai 300-400 orang hingga akhir prosesi haji. Kebanyakan jamaah yang sakit itu berusia di atas 60 tahun. "Mereka mengalami dimensia atau pikun, fisiknya juga melemah," kata Fidiansjah.

Saat ini, jamaah yang terganggu jiwanya itu dirawat di ruang isolasi yang terpantau kamera. Namun isolasi terhadap mereka tidak mengganggu diri maupun kelompoknya. Bagi yang gangguan jiwa berat, ada yang disuntik antipsikopatik yang efeknya jangka panjang. "Suntik sekali bekerja selama sebulan," katanya.

Jamaah yang alami gangguan jiwa berat daya pikir dan aktivitasnya terganggu. Sensitivitas terhadap diri dan lingkungan juga berkurang. Mereka bisa disafariwukufkan, tapi tidak akan dipulangkan ke Tanah Air.

Di antara jamaah tersebut, tidak semuanya mengalami gangguan jiwa berat, ada yang ringan dan sedang. Bagi yang gangguan jiwa sedang dan ringan, akan sangat membantu pasien jika jamaah atau anggota rombongan yang lain memberikan dorongan semangat. "Bisa lebih cepat sembuhnya," kata Fidiansjah.

Mereka yang alami gangguan jiwa ini bisa saja tak punya riwayat sebelumnya. Adaptasi yang lamban dengan lingkungan, misalkan tak bisa menyesuaikan dengan teman sekamar yang berbeda keinginan --satu ingin pakai AC, satunya tidak kuat hawa dingin, ada yang ingin tidur mati lampu, tapi ada yang ingin terang-- bisa menyebakan jamaah stres dan depresi akut.

Secara teori, seseorang membutuhkan waktu tiga bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Menurut Fidiansjah, ini sebenarnya persoalan sederhana. Namun bagi jamaah uzur, tidak mudah beradaptasi dengan cepat lantaran daya pikir sudah tak lagi normal.

"Lingkungan semua berubah, akibatnya dia merasakan terasing. Gangguan jiwa pun muncul. Kehilangan orientasi, halusinasi, dan omongnya mengaco," kata Fidiansjah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement