REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Yeyen Rostiyani dari Makkah
MAKKAH -- Menteri Agama Suryadharma Ali bertemu. President of Religious Affairs of Turkey, Prof dr Mehmet Gormez, Sabtu (12/10) malam waktu Arab Saudi. Keduanya membahas peluang kerja sama di bidang perhajian.
"Delegasi kami akan datang ke Jakarta untuk merintis kerja sama. Saya percaya, Kementerian Urusan Haji Arab Saudi pun akan gembira dengan kerja sama kita," kata Mehmet.
Menurut Mehmet, Turki menerapkan sistem undian untuk menentukan orang yang boleh berhaji. Sementara Menag menjelaskan, "Sekitar 15 tahun yang lalu kami menerapkan sistem undian, namun karena peminatnya banyak makan sistemnya menjadi first comes first served."
Mehmet menilai sistem yang diterapkan di Indonesia sebagai sistem yang lebih adil. Namun, ia juga bertanya mengenai jamaah usia di atas 60 tahun. "Awalnya kami sempat ingin membatasi, namun jamaah kami tidak mempedulikan usia dan penyakit saat datang ke Makkah. Bahkan mereka siap untuk meninggal di sini," kata Menag.
Menag menanyakan sistem akomodasi yang diterapkan Turki. Mehmet menjelaskan bahwa tidak ada kenaikan harga dalam tiga tahun terakhir. Pasalnya, sebagian besar akomodasi disewa per tahun dan hanya 20 persen yang disewa per tiga tahun. Semua akomodasi itu digunakan juga untuk umroh.
Menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Anggito Abimanyu, Turki menilai IndoNesia memilki sejumlah kekhususan. Indonesia, katanya, memiliki sejumlah populasi Muslim terbesar di dunia dan juga jamaah haji yang besar. "Selama ini kerja sama dengan Turki di bidang pendidikan. Namun di bidang perhajian kan belum," ujar dia seusai pertemuan.
Turki adalah negara dengan jamaah haji terbesar nomor lima setelah Indonesia, Pakistan, India, dan Malaysia. Saat ini Turki memberangkatkan haji 59.200 orang setelah dipangkas 20 persen. Sebanyak 14 ribu batal berangkat akibat renovasi Masjidil Haram.