Rabu 24 Sep 2014 10:24 WIB

Idul Adha Indonesia tak Mesti Ikut Saudi

Rep: c78/ Red: Bilal Ramadhan
Idul Adha (ilustrasi)
Foto: blogs.sacbee.com
Idul Adha (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan melaksanakan sidang itsbat penetapan satu Dzulhijah untuk menentukan kapan jatuhnya hari raya Idul Adha pada 10 hari kemudian setelah ada ketetapan.

Meski di Saudi Arabia, kemungkinan jamaah haji melakukan wukuf di Arafah pada Jumat (3/10) —otomatis Idul Adha di Saudi pada keesokan harinya—tetapi pemerintah Indonesia akan tetap mengacu pada hasil sidang itsbat yang akan diselenggarakan sore ini.

“Meski kalender Makkah atau ummul qura telah menetapkan tanggal tiga wukuf, itu tidak menjadi rujukan kita,” kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Mukhtar Ali pada Rabu (24/9).

Bukannya pergerakan haji di Makkah tidak dijadikan rujukan. Tapi, kata dia, negara Indonesia dan Saudi Arabia berbeda matla’ dalam artian berbeda lokasi, berbeda tempat terbit dan terbenam matahari. Maka akan berbeda pulalah soal ketetapan bulan qamariyahnya. Contoh sederhananya, lanjut dia, waktu shalat di Sulawesi Selatan tidak bisa disamakan dengan waktu shalat di Jakarta.

Setahu dia, ummul qura di arab Saudi juga akan diverivikasi lewat rukyat oleh mufti di sana. Mufti lah yang akan menetapkan kapan wukuf dan Idul Adha ditetapkan, setelah melakukan rukyat atau verivikasi hisab dengan melihat penampakan bulan.

Sementara, di Indonesia pun akan melakukan rukyat atas dasar pertanggungjawaban Negara dalam memberi kejelasan penetapan idul qurban kepada masyarakat muslim yang mayoritas. Ia menegaskan, dalam menetapkannya, Indonesia dan masing-masing negara akan berpedoman kepada matla’-nya masing-masing.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement