Rabu 08 Oct 2014 21:29 WIB

Ini Sejarah Penyelenggaraan Haji di Palestina

Keluarga Ehsan al-Agha menangis saat kehilangan salah satu anggotanya akibat serangan Israel di Khan Younis, Gaza selatan.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis/ca
Keluarga Ehsan al-Agha menangis saat kehilangan salah satu anggotanya akibat serangan Israel di Khan Younis, Gaza selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap negara memiliki sejarah tersendiri soal pelaksanaan ibadah haji. Demikian pula dengan Palestina. Pelaksanaan haji di Palestina melalui sejumlah fase. Setiap fase memiliki cerita yang terhubung satu dengan yang lainnya.

Sejarah itu bermula ketika jamaah haji asal Levant, wilayah yang kini meliputi Palestina, Lebanon, Suriah, dan Yordania. Jamaah haji dari seluruh wilayah itu berkumpul di Masjidil Aqsha sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah, Arab Saudi.

Setiap jamaah dipimpin Emir wilayah atau penguasa yang ditunjuk Kalifah Ustman bin Affan. Setiap jamaah didampingi penjaga, petugas medis dan koki. Juga ada kelompok musik yang memainkan lirik religi guna menghibur jamaah haji. Setiap titik yang dilalui, kalifah menyiapkan sumur air yang diperuntukan untuk mereka. Bila dihitung dengan waktu saat ini, perjalanan haji di era Ustman mencapai 4 bulan pulang pergi.

Perang Dunia I

Setelah Perang Dunia I, Palestina berada dalam mandat Inggris. Tentu situasi layananya juga berbeda. Pemerintah Kolonial menunjuk Dewan Tinggi Islam guna mengelola urusan haji. Saat itu, Palestina dibagi menjadi tiga wilayah, yakni Utara, Selatan dan Tengah. Di Utara, titik kumpul jamaah haji berada di Lod. Sementara Selatan (Yerusalem) dan Tengah (Hebron).

Pemerintah Kolonial lalu menyiapkan jalur kereta Hejaz yang menghubungkan anatra Makkah dan Madinah, Palestina, Suriah dan Lebanon. Sebagian kecil, melalui jalur laut melalui Suez menuju Jeddah.

Era Berdirinya Zionis

Pada tahun 1948, Inggris merestui pembentukan Israel. Hampir 78 persen wilayah Palestina menjadi terori Israel. Sementara 22 persen wilayah Palestina dibiarkan kosong. Saat itu, Palestina dibagi menjadi tiga wilayah, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Di Jalur Gaza, jamaah haji memiliki kantor urusan haji. Mereka selanjutnya menempuh jalur kereta dari Gaza ke Suez. Lalu dilanjutkan menaiki kapal menuju Jeddah. Mengapa rute yang ditempuh diarahkan ke Suez. Jadi, ketika Israel berdiri, Mesir mengambil alih Jalur Gaza. Waktu yang ditempuh jamaah haji mencapai satu bulan.

Yang menarik, ekonomi Palestina saat itu tengah hancur. Kendati begitu, setiap warga Palestina baik di Gaza, Tepi Barat atau Yerusalem, akan memberikan bantuan kepada jamaah haji. Bantuan itu kemudian dibalas jamaah haji sekembalinya pulang dari Tanah Suci.

Selanjutnya, jamaah haji yang baru pulang akan mengundang keluarga dan tetangganya untuk memperkuat silaturahim. Pada pertemuan itu, lirik religi ditampilkan.

Setelah tahun 1967

Pada tahun 1967, jamaah haji di Jalur Gaza diharuskan mendaftar di Yordania. Setelah mendaftar mereka akan menuju Makkah melalui Israel.

PLO (1994-2006)

Pembentukan Otoritas Nasional Palestina tahun 1994, jamaah haji Palestina baik dari Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem berkumpul bersama. Untuk kali pertama dalam sejarah, jamaah haji Palestina berkumpul dalam satu konvoi.

Jamaah haji berangkat melalui Mesir melalui penerbangan menuju Jeddah. Total jamaah haji Palestina itu mencapai 4.500 jamaah.

Intifida

Pada tahun 2000, intifada pertama berlangsung. Jumlah jamaah haji Palestina mencapai 15.000 jiwa. Berkat bantuan Raja Fadh, jamaah haji Palestina dipermudah keberangkatannya. Demikian pula pada masa intifada kedua.

Persatuan Palestina

Selama periode ini, jamaah Palestina baik di wilayah kependudukan maupun diaspora berkumpul. Ini untuk kesekian kali, jamaah haji Palestina berkumpul dalam satu konvoi. Saat itu, sebagai penanda setiap jamaah haji diberikan gambar Masjid Al Aqsha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement