Kamis 09 Oct 2014 13:44 WIB

Mabit dan 78 Jamaah yang Tersesat (1)

Jamaah haji mabit di Mina.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Jamaah haji mabit di Mina.

Oleh: Zaky Al Hamzah     

"Mas, kami tersesat. Tolong, beritahu ke mana arah pulang terowongan Muasim menuju maktab," teriak seorang ibu dari Piedi, Aceh, saat saya turun melalui eskalator Jamarat nomor 10 yang terletak di sisi barat.

Jamaah itu tersesat bersama rombongannya. Mereka mengenali saya dari rompi warna hitam bertuliskan "Petugas Haji Indonesia". Meski bertugas sebagai Tim Media Center Haji (MCH), jamaah haji menganggap semua petugas mengetahui seluruh titik-titik jalur pulang atau pergi di sekitar Mina.

Saat itu, ada 15 jamaah haji mengerubungi saya. Saya pun dikenalkan dengan ketua rombongannya, Mochammad Mawardi. Menurut Mawardi, mereka tersesat saat akan kembali ke pemondokan dan sudah hampir tiga jam mencari jalan atau jalur yang mengarah ke pintu masuk terowongan Muasim, tapi tak kunjung ketemu.

Sebenarnya, mereka sudah bertanya kepada petugas keamanan di area Jamarat yang berpakaian loreng hitam hijau gelap. Sayangnya, tak ada satu pun askar yang memahami bahasa rombongan jamaah haji asal Aceh ini.  

Lalu, mereka berinisiatif berhenti di pintu keluar eskalator nomor 10 dan berharap ada orang Indonesia atau petugas yang bisa membantu. Kepada rombongan jamaah ini, saya jelaskan baru mempelajari titik-titik penting di area Mina sejak pukul 21.40 WAS. Saat itu, teman-teman wartawan MCH sudah tidur saat mabit (bermalam) di Mina.

Saya tinggalkan teman-teman untuk mengelilingi sebagian area Mina. Sekitar pukul 23.00 WAS, saya menemui rombongan jamaah haji ini. Beruntung, saat bertemu mereka, saya sudah mengetahui jalur alternatif menuju ke pintu Terowongan Muasim. Akhirnya, malam itu, saya mengantarkan rombongan jamaah ini. Mereka mengikuti saya di belakang.

Kami melewati lautan manusia yang sedang mabit, sambil menggelar tikar, kardus, terpal, karpet ataupun kasur lipat tipis. Banyaknya jamaah haji yang sedang mabit membuat kami harus berhati-hati saat berjalan. Beberapa kali, saya pastikan rombongan masih lengkap.

Nah, di saat sedang melaju di persimpangan antara ke jalur alternatif dengan jalur lempar jumrah di lantai satu, saya terdorong jamaah lain sehingga langkah saya mengarah ke jalur lempar jumrah di lantai satu. Jalur ini berlawanan dengan jalur jamaah haji yang melempar jumrah melewati lantai tiga dan harus naik enam eskalator yangmengarah ke lantai tiga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement