REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu melakukan ibadah haji sudah menjadi cita-cita dan keinginan setiap umat Muslim di belahan dunia manapun. Tak terkecuali bagi ahli thibbun nabawi, dr Briliantono M Soenarwo.
Keinginan berhaji mulai muncul semenjak ia menjalani profesinya pada masa-masa awal sebagai seorang dokter. Tepat di usianya yang ke-28 tahun pada 1985, Brilianto mendapatkan kesempatan untuk berangkat haji.
Brilianto mengaku selama menjadi dokter banyak sekali kebesaran-kebesaran Allah SWT yang diperlihatkan kepadanya. "Dalam pikiran saya dulu cara dekat dengan Allah dengan berhaji ke Makkah," ujar Briliantono saat dihubungi Republika, Senin (31/8).
Singkat cerita, ia yang saat itu masih bujang akhirnya memutuskan untuk berangkat haji. ketika Briliantono sampai di Tanah Suci dan menyaksikan Kakbah, perasaan haru sekaligus malu memenuhi hatinya.
Terharu karena diberikan kesempatan untuk lebih dekat dengan Allah SWT, namum malu karena merasa belum cukup ilmu dan tidak punya bekal ke Baitullah.
"Saat berangkat pertama kali, pengetahuan saya masih nol besar tentang haji, kalau kata orang Jawa, plonga plongo alias nggak tahu apa-apa" kata Briliantono.
Karena minim pengetahuan, Brilianto mengaku sempat kebingungan menjalani rangkaian demi rangkaian prosesi haji. Ia pun hanya bergantung kepada pembimbing dan sekedar mengikuti panduan saja.
Saat itu, ia merasa sangat menyesal karena tidak membekali diri dengan ilmu terlebih dulu sehingga belum begitu bisa memahami dan meresapi ibadahnya.
Namun, pengalaman pertamanya naik haji tersebut memicunya untuk lebih memperbaiki diri dan menambah ilmu pengetahuan tentang ibadah haji. Ia bahkan bertekad suatu saat akan kembali lagi ke Tanah Suci dengan ilmu yang lebih tinggi.
Sesampainya di Tanah Air, Brilianto pun memenuhi janjinya. Ia mulai memperkaya diri dengan belajar tentang Islam dan tentang haji. Ia pun mulai mempraktikkan ilmunya tersebut dengan mengagendakan untuk umrah setiap tahunnya.
Dengan umrah ini seakan-akan mengingatkannya kembali dengan prosesi ibadah haji.
Hingga akhirnya pada 2004 lalu, Briliantono kembali diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji untuk yang kedua kalinya.
Bersama sang istri, ia berhasil menunaikan janjinya melaksanakan ibadah haji dengan lebih baik lagi.
"Saya merasa keberangkatan haji untuk kedua kalinya ini menjadi lebih mudah, lebih memahami, lebih mengerti makna berhaji sebagai salah satu poin dalam rukun Islam," papar Briliantono.
Dari pengalamannya saat menjalani ibadah haji untik pertama kalinya, Briliantono mendapatkan pelajaran bahwa bagi siapapun yang ingin berangkat haji harus memiliki persiapan mulai dari mental, pengetahuan hingga fisik.
Menurutnya, ibadah haji tidak hanya sekedar perjalanan ke tanah suci tetapi lebih dari itu ada kegiatan-kegiatan dari poin-poin rukun Islam. Setelah mempersiapkan mental dan fisik lalu isilah hati dengan Islam. "Sehingga, selama di tanah suci bisa tawaddu' dan introspeksi," paparnya.