REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Makin banyaknya jamaah haji asal Indonesia yang tiba di Tanah Suci membuat segala lini pelayanan haji harus bekerja giat. Termasuk aspek layanan katering haji.
Sebanyak 23 perusahaan harus menyediakan menu makanan dengan cita rasa baik. Kementerian Agama sudah membuat tujuh jenis menu sesuai jumlah hari. Assistance chef Indonesia di Al-Hussam Catering, Hadi Budiyana Ramdan, mengatakan kendala penyediaan menu untuk jamaah Indonesia, yaitu ketersediaan bahan baku.
Apalagi, katering Al-Hussam yang menggunakan peralatan modern harus menyediakan katering untuk 19.400 jamaah pada puncak layanan katering. Namun, Al-Hussam tetap mengupayakan kualitas. “Soal rasa, kami hanya mampu memenuhi 80 persen karena kendala bahan baku,” ujar Hadi.
Proses memasak juga menjadi kesulitan bagi perusahaan katering di Makkah. Hadi mencontohkan proses memasak telur bumbu bali merupakan yang tersulit. Sebab, pria asal Cianjur, Jawa Barat, itu mengatakan, telur harus direbus, dikupas, dan digoreng, lalu dibuat sausnya.
Kepala Seksi Katering Daker Makkah Ahmad Abdullah Yunus menyatakan pemerintah menyusun menu sesuai dengan pertimbangan kesediaan bahan baku di Makkah. “Segala bahan makanan memang ada di Makkah, namun kalau jumlahnya banyak kan susah juga,” kata dia.
Terkait menu telur, menurut Abdullah, banyak perusahaan yang sempat tidak bersedia. Sebab, pengolahan telur rebus sangat sulit. Perusahaan katering harus menyiapkan pekerja untuk mengupas kulit telur. “Penyajian telur tidak boleh dengan kulitnya karena ada larangan dari baladiah (pemerintah kota). Cara seperti itu dianggap masih mengandung bakteri,” kata Abdullah.