Selasa 08 Sep 2015 13:36 WIB

Ikhlas Imami Langgar Kasultanan Cirebon, Tukang Cireng Ini Berhaji

Rep: c 37/ Red: Indah Wulandari
Salah satu Langgar di kompleks Kasultanan Cirebon
Foto: flickr.com
Salah satu Langgar di kompleks Kasultanan Cirebon

REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Rezeki untuk bisa ke Tanah Suci bisa datang untuk siapapun dan kapanpun. Tidak ada yang pernah menyangka, Djumadi (50 tahun) abdi dalem di Kesultanan Cirebon bisa menunaikan rukun Islam kelima itu tahun ini.

"Alhamdulillah. Saya bersyukur sekali, istri tadinya nggak percaya kalau saya bisa naik haji," tutur Djumadi pada Republika.co.id, Selasa (8/9).

Djumadi yang merupakan TPHD Kota Cirebon ini menceritakan bagaimana awalnya ia bisa mendapatkan kesempatan untuk berhaji. Sejak muda, pekerjaannya tidak memungkinkannya untuk menabung agar bisa ke Tanah Suci.

Djumadi pernah bekerja sebagai tukang koran selama 22 tahun, namun seiring berjalannya waktu ia berhenti karena koran mulai tidak laku lagi.

"Saya dulu jual koran, ngasong gitu. Keliling kemana-mana," tutur Djumadi.

Setelah itu, Djumadi berganti pekerjaan sebagai tukang susu kemasan keliling selama lima tahun. Namun karena penghasilan tidak cukup, ia pun beralih menjadi pedagang cireng sejak setahun yang lalu.

Penghasilannya sebagai pedagang cireng tidaklah seberapa. Dalam sehari ia membeli sebanyak 250 hingga 300 biji cireng. Dengan modal seharga Rp 650 per biji, ia menjual cireng seharga Rp 1.000 dan menghasilkan omzet sekitar Rp 105 ribu per hari.

"Dari segitu Rp 40 ribu buat minyak goreng, kertas koran buat bungkus cireng sama saus. Keuntungan bersihnya saya bagi buat uang dapur 30 ribu, buat dua anak saya 20 ribu, sisanya 15 ribu saya pegang. Istri saya juga masih bisa nabung Rp 10 ribu," tutur Djumadi.

Untuk kebutuhan sehari-hari, Djumadi mendapat bantuan dari istrinya yang juga jualan jajanannugget dan sosis goreng. Penghasilannya memang tidak seberapa, namun ia bisa menguliahkan anak pertamanya, Nur Rochimah (19 tahun) di IAIN Cirebon. Sementara anak keduanya, Nidommuddin, yang berusia 15 tahun masih bersekolah di SMP.

"Untuk biaya kuliah saya dapat uang arisan. Terus anak saya sekarang dapat beasiswa, alhamdulillah bisa membantu," kata Djumadi.

Hidupnya yang serba pas-pasan membuatnya tidak pernah membayangkan jika suatu hari nanti bisa pergi ke Tanah Suci. Kesempatan itu pun datang pada lima tahun yang lalu.

Saat itu, Djumadi mendapatkan tawaran untuk menjadi imam di langgar kesultanan. Salah seorang temannya, Agus, menawarkannya untuk menjadi imam shalat tarawih saat Ramadhan lima tahun yang lalu.

Agus merupakan orang kepercayaan di Kesultanan yang ditawarkan menjadi imam. Namun, Agus menawarkan Djumadi sebagai gantinya.

"Terus mungkin beliau (Sultan) merasa cocok, akhirnya tiap tahun saya disana. Lalu saya diangkat jadi abdi dalem pas tahun ketiga," tutur suami dari Fatimah (45 tahun) ini.

Pekerjaan yang dilakukannya sebagai abdi dalem yaitu mengurus kegiatan keagamaan di Kesultanan. Selain menjadi imam shalat setiap malam jumat, ia juga diminta mengurus acara Rajaban, Maulid dan Tawasulan.

Meskipun digaji sebanyak Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, kata Djumadi, ia mengaku ikhlas melakukan tugasnya mengurus kegiatan keagamaan di langgar kesultanan yang biasanya hanya terdiri dari 20 hingga 50 jamaah.

Pada tahun 2014 Sultan Pangeran Chempi menunjuknya untuk mengikuti tes sebagai Tim Pendamping Haji Daerah (TPHD) Kota Cirebon. Dalam tes tersebut Djumadi gagal dengan alasan yang menurutnya kurang masuk akal, karena status pendidikannya hanya lulusan SD.

Keikhlasannya pun berbuah manis. Pada tahun berikutnya, tahun 2015, Djumadi mendapatkan tawaran untuk tes sebagai TPHD sekali lagi. Kali ini ia lolos dan bisa diberangkatkan.

"Tadinya saya nggak percaya, jangan-jangan nggak lolos lagi. Padahal kan katanya tes cuma formalitas. Terus saya dipanggil ke Gedung Sate, dikeluarkan ASK. Ini baru betul. Alhamdulillah," katanya.

Untuk mengurus berbagai persyaratan, Djumadi pinjam uang sana-sini. Namun, banyak juga teman yang membantunya, dengan memberinya uang Rp 350 ribu hingga Rp 550 ribu.

Banyak yang iri dengan kesempatan yang didapat Djumadi, cibiran pun didapatnya. Namun, ia melaluinya dengan perasaan lapang. Karena ini memang rezeki dari Allah untuknya.

"Di Makkkah, saya mau mohon kepada Allah biar bisa punya rumah sendiri. Sekarang kan saya masih menumpang rumah mertua," kata Djumadi.

Rencananya, Djumadi yang merupakan TPHD pada kloter 47 asal Kota Cirebon ini akan berangkat ke Tanah Suci hari ini pada pukul 18.45 WIB dari Bandara Halim Perdana Kusuma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement